-->

ASKEP CA Paru Nanda Nic Noc Terbaru

Kanker paru-paru merupakan penyakit dengan ciri khas adanya pertumbuhan sel yang tidak terkontrol pada jaringan paru-paru. 

Bila tidak dirawat, pertumbuhan sel ini dapat menyebar ke luar dari paru-paru melalui suatu proses yang disebut metastasis ke jaringan yang terdekat atau bagian tubuh yang lainnya.
asuhan keperawatan kanker paru paru nanda nic noc

ASUHAN KEPERAWATAN CA PARU PADA PASIEN DENGAN KANKER PARU DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT BALADHIKA HUSADA
KABUPATEN JEMBER


LAPORAN PENDAHULUAN APLIKASI KLINIS

Oleh:
Santi AR
NIM 152310101070

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MNI

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii

DAFTAR ISI iii
BAB 1. KONSEP DASAR PENYAKIT 1
1.1 Anatomi Fisiologi Paru 1
1.1.1 Anatomi Paru 1
1.1.2 Fisiologi Paru 1
1.2 Definisi Ca Paru 3
1.3 Epidemiologi 4
1.4 Etiologi 5
1.5 Klasifikasi 6
1.6 Patofisiologi dan clinical pathway 8
1.7 Manifestasi Klinis 11
1.8 Pemeriksaan Penunjang 11
1.9 Penatalaksanaan 12

BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 14
2.1 Pengkajian 14
2.2 Diagnosa 21
2.3 Intervensi 22
2.4 Discharge Planning 26

DAFTAR PUSTAKA 27  

BAB 1. KONSEP DASAR PENYAKIT CA PARU

1.1 Anatomi Fisiologi Paru
1.1.1 Anatomi Paru
Paru merupakan organ yang elastis dan terletak di dalam rongga dada bagian atas, bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru terdiri dari dua bagian yang dipisahkan oleh mediastinum yang berisi jantung dan pembuluh darah. 

Paru kanan mempunyai tiga lobus yang dipisahkan oleh fissura obliqus dan horizontal, sedangkan paru kiri hanya mempunyai dua lobus yang dipisahkan oleh fissura obliqus. Setiap lobus paru memiliki bronkus lobusnya masing-masing. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen paru, sedangkan paru kiri mempunyai sembilan segmen (Syaifuddin, 2011).

Paru diselubungi oleh lapisan yang mengandung kolagen dan jaringan elastis, dikenal sebagai pleura visceralis. Sedangkan lapisan yang menyelubungi rongga dada dikenal sebagai pleura parietalis. Di antara kedua pleura terdapat cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura bergerak selama bernafas dan untuk mencegah pemisahan thoraks dan paru. 

Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, sehingga mencegah terjadinya kolaps paru. Selain itu rongga pleura juga berfungsi menyelubungi struktur yang melewati hilus keluar masuk dari paru. Paru dipersarafi oleh pleksus pulmonalis yang terletak di pangkal tiap paru. 

Pleksus pulmonalis terdiri dari serabut simpatis (dari truncus simpaticus) dan serabut parasimpatis (dari arteri vagus). Serabut eferen dari pleksus ini mempersarafi otot-otot bronkus dan serabut aferen diterima dari membran mukosa bronkioli dan alveoli (Sari & Purwoko, 2015).

1.1.2 Fisiologi Paru
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer. 

Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut. 

Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida (Guyton, 2007). Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea). 

Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis (Syafrullah, 2015)

Pernapasan dapat berarti pengangkutan oksigen (O2) ke sel dan pengangkutan CO2 dari sel kembali ke atmosfer. Proses ini terdiri dari 4 tahap yaitu (Guyton, 2007):

1. Pertukaran udara paru: yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari alveoli. Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh, karena masih adanya udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat dikeluarkan walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini disebut volume residu. Volume ini penting karena menyediakan O2 dalam alveoli untuk mengaerasikan darah

2. Difusi O2 dan CO2 antara alveoli dan darah

3. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan dari sel-sel

4. Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan.

Menurut Guyton (2007) volume paru terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Volume Tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali pernafasan normal. Besarnya ± 500 ml pada rata-rata orang dewasa

2. Volume Cadangan Inspirasi adalah volume udara ekstra yang diinspirasi setelah volume tidal, dan biasanya mencapai ± 3000 ml.

3. Volume Cadangan Eskpirasi adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi maksimum pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal besarnya ± 1100 ml.

4. Volume Residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru setelah ekspirasi kuat. Besarnya ± 1200 ml.

Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi menjadi empat bagian, yaitu (Guyton, 2007):
1. Kapasitas Inspirasi sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi. Besarnya ±3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru sampai jumlah maksimum.

2. Kapasitas Residu Fungsional sama dengan volume cadangan inspirasi + volume residu.Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam paru pada akhir eskpirasi normal.

3. Kapasitas Vital sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal + volume cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya.

4. Kapasitas Paru Total sama dengan kapasitas vital + volume residu. Besarnya ±5800ml, adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa.

1.2 Definisi Ca Paru
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus/bronchogenic carcinoma) (Kemenkes RI, 2017). 

Kanker paru atau disebut karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer sistem pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkus (Nurarif & Kusuma, 2015). 

Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru maupun yang berasal dari paru sendiri (primer), dimana kelainan dapat disebabkan oleh kumpulan perubahan genetika pada sel epitel saluran nafas yang dapat mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat dikendalikan. (Purba & Wibisono, 2015).

1.3 Epidemiologi Ca Paru
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai hingga 13% dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. 

Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru pada tahun 2007 dan 160.390 kematian akibat kanker paru pada tahun 2007. Berdasarkan data WHO, kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia, dan terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan. 

Kanker paru juga merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada laki-laki dan kedua terbanyak pada perempuan. Hasil penelitian dari 100 RS di Jakarta menunjukkan bahwa kanker paru merupakan kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada perempuan, dan merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan data hasil pemeriksaan di laboratorium Patologi Anatomik RSUP Persahabatan, lebih dari 50 persen kasus dari semua jenis kanker yang didiagnosa adalah kasus kanker paru. Data registrasi kanker Rumah Sakit Dharmais tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa kanker trakea, bronkus dan paru merupakan keganasan terbanyak kedua pada pria (13,4%) setelah kanker nasofaring (13,63%) dan merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada pria (28,94%).
Baca Juga: Contoh Bab 1 Pendahuluan Skripsi Keperawatan TB Paru
Insiden kanker paru termasuk rendah pada usia di bawah 40 tahun, namun meningkat sampai dengan usia 70 tahun. Faktor risiko utama kanker paru adalah merokok. Secara umum, rokok menyebabkan 80% kasus kanker paru pada laki- laki dan 50% kasus pada perempuan. Faktor lain adalah kerentanan genetik, polusi udara, pajanan radon, dan pajanan industri (Kemenkes RI, 2017)

1.4 Etiologi Ca Paru
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Beberapa faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru adalah (Stopler, 2010):
1. Merokok
Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh kasus. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok

2. Perokok pasif
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap rokok dari orang lain, risiko menderita kanker paru meningkat dua kali

3. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan

4. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru. Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum

5. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru

6. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru

7. Metastase dari organ lain
Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker paru sekunder. Paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita penyakit kanker paru stadium akhir. 
Baca Juga: Konsep Askep Komunitas Nanda Nic Noc
Di bagian organ paru, sel kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru- paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan lain- lain.

1.5 Klasifikasi Ca Paru
Ada dua jenis utama kanker paru di kategorikan berdasarkan ukuran serta adanya sel ganas yang terlihat yaitu kanker paru karsinoma bukan sel kecil/NSCLC (Non Small Cell Lung Cancer) dan kanker paru karsinoma sel kecil/SCLC (Small Cell Lung Cancer. Beberapa jenis kanker paru adalah (Purba & Wibisono, 2015):
1. Karsinoma sel skuamosa
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening, dinding dada, dan mediastinum.

2. Adenokarsinoma
Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala. Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO.

3. Karsinoma sel besar
Sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.

4. Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.

Tabel 1.1 TNM Klasifikasi Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil

Tumor Primer (T)
TX
Tumor primer tidak dapat dinilai, atau tumor dibuktikan dengan adanya sel-sel ganas dalam sputum atau bronkial tetapi tidak di
visualisasikan dengan bronkoskopi
T0
Tidak terdapat tumor primer
Tis
Karsinoma in situ
T1
Tumor ≤ 3cm , di kelilingi oleh paru-paru atau pleura visceral, tidak ada bukti bronkoskopi invasi lebih proksimal dari bronkus lobus
(tidak dibronkus utama), penyebaran tumor dangkal di saluran udara yang utama (terbatas pada dinding bronkus)
T1a
Tumor ≤ 2cm dalam dimensi terbesar
T1b
Tumor > 2cm tetapi ≤ 3cm dalam dimensi terbesar.
T2
Tumor > 3cm tetapi ≤ 7cm atau tumor dengan salah satu dari berikut
: Menyerang pleura visceral, Terutama melibatkan bronkus ≥ 2cm distal   karina,   Terkait   dengan   atelektasis/pneumonitis   obstruktif
memperluas ke daerah hilus tetapi tidak melibatkan seluruh paru- paru
T2a
Tumor > 3cm tetapi ≤ 5cm dalam dimensi terbesar
T2b
Tumor > 5cm tetapi ≤ 7cm dalam dimensi terbesar
T3
Tumor > 7cm atau yang langsung menyerang salah satu dari berikut :
a) Dinding dada  (termasuk tumor sulkus superior),  diafragma,  saraf
            phrenikus, pleura mediastinal, atau parietal perikardium atau tumor





di bronkus utama < 2cm distal karina tetapi tanpa keterlibatan karina Atau b) atelektasis terkait/pneumonitis obstruktif seluruh paru-paru
atau nodul
T4
tumor terpisah di lobus yang sama
Tumor dari berbagai ukuran yang menyerang salah satu dari berikut: mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, vertebral, atau karina; tonjolan kecil tumor terpisah dalam lobus ipsilateral yang berbeda
Kelenjar getah bening (N)
NX
Kelenjar getah bening tidak dapat di nilai
N0
Tidak ada metastasis
N1
Metastasis di peribronkial ipsilateral dan/atau kelenjar getah bening hilus ipsilateral dan nodul intrapulmo, termasuk keterlibatan secara
Langsung
N2
Metastasis di mediastinum dan/atau subkranial kelenjar getah bening
Ipsilateral
N3
Metastasis       di         mediastinum   kontralateral,   hilus     kontralateral,
ipsilateral atau kontralateral sisi tidak sama panjang, atau kelenjar getah bening supraklavikula
Metastase (M)
M0
Tidak diketahui adanya metastasis jauh
M1
Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak
Sumber: Purba & Wibisono, 2015


Tabel 1.2 Stadium Kanker Paru berdasarkan TNM Klasifikasi

Stadium
TNM
Stadium 0 Stadium IA Stadium IB Stadium IIA Stadium IIB Stadium IIIA Stadium IIIB
Stadium 4
Tx N0 M0 Tis N0 M0 T1 N0 M0 T2 N0 M0 T1 N1 M0 T2 N1 M0
T3 N0 M0 atau T3 N1 M0
T berapapun N3 M0 atau T4 N berapapun M0
Sumber: Purba & Wibisono, 2015

1.6 Patofisiologi dan Clinical Pathway Ca Paru
Dari etiologi yang menyebabkan Ca paru ada 2 jenis yaitu primer dan sekunder. Primer yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan sekunder berasal dari metastase organ lain, Etiologi primer menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan cilia hilang. 

Fungsi dari cilia ini adalah menggerakkan lendir yang akan menangkap kotoran kecil agar keluar dari paru-paru. Jika silia hilang maka akan terjadi deskuamasi sehingga timbul pengendapan karsinogen. 

Dengan adanya pengendapan karsinogen maka akan menimbulkan ulserasi bronkus dan menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia yang selanjutnya akan menyebabkan Ca Paru. Ca paru ada beberapa jenis yaitu karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel bronkoalveolar, dan karsinoma sel besar. 
Baca Juga: ASUHAN KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH NANDA NIC NOC
Setiap lokasi memiliki tanda dan gejala khas masing masing. Pada karsinoma sel skuamosa, karsinoma bronkus akan menjadi berkembang sehingga batuk akan lebih sering terjadi yang akan menimbulkan iritasi, ulserasi, dan pneumonia yang selanjutnya  akan menimbulkan himoptosis. 

Pada adenokarsinoma akan menyebabkan meningkatnya produksi mukus yang dapat mengakibatkan penyumbatan jalan nafas. Sedangkan pada karsinoma sel bronkoalveolar sel akan membesar dan cepat sekali bermetastase sehingga menimbulkan obstruksi bronkus dengan gejala dispnea ringan. 

Pada karsinoma sel besar akan terjadi penyebaran neoplastik ke mediastinum sehingga timbul area pleuritik dan menyebabkan nyeri kronis. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur–struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang  rangka  (Nurarif & Kusuma, 2015).

Sedangkan pada Ca paru sekunder, paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. 

Artinya, sel kanker bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan lain-lain (Stopler, 2010).

1.10 Pathway Ca Paru
Askep Ca Paru


1.7 Manifestasi Klinis Ca Paru
Tabel 1.3 Manifestasi klinis Ca Paru sesuai dengan lokasinya

Adenokarsinoma
dan Bronkoalveolar
Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma Sel kecil
Karsinoma Sel besar

Tanda dan Gejala
1.        Nafas dangkal
2.        Batuk
3.        Penurunan nafsu makan
4.        Trosseau syndrome
1.      Batuk
2.      Dyspnea
3.      Nyeri dada
4.      Atelektasis
5.      Pneumonia postobstruktif
6.      Mengi
7.      Hemoptisis
8.      Kelelahan
9.      Penurunan berat badan
1.        SIADH
2.        Sindrom chusing
3.        Hiperkalsemia
4.        Batuk
5.        Stridor
6.        Nafas dangkal
7.        Sesak nafas
8.        Anemia
1.      Batuk
berkepanjangan
2.      Nyeri dada saat menghirup
3.      Suara serak
4.      Sesak napas
Sumber: Tan, 2017

1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kanker paru ini adalah pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk (Purba & Wibisono, 2015):
a. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru;
b. kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis gas;
c. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ-organ lainnya; dan
d. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis.

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Purba & Wibisono, 2015):
1. Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis ke organ lain.

2. Sitologi
Merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker. Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik.

3. Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.

4. Biopsi Transtorakal
Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer.

5. Torakoskopi
Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil sebagian jaringan paru yang tampak.

1.9 Penatalaksanaan Ca Paru
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017, manajemen penatalaksanaan pada penyakit kanker paru dibagi berdasarkan klasifikasinya. Pada kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK), terdiri dari berbagai jenis. 

Antara lain adalah karsinoma sel skuamosa (KSS), adenokarsinoma, karsinoma bukan sel kecil (KBSK) penatalaksanaannya tergantung pada stadium penyakit, tampilan umum penderita, komorbiditas, tujuan pengobatan, dan cost-effectiveness. Modalitas penanganan yang tersedia adalah bedah, radiasi, dan kemoterapi. 

Penatalaksanaan kanker paru karsinoma bukan sel kecil antara lain:
1. Bedah
Terapi utama utama untuk sebagian besar  KPBSK, terutama stadium I-II dan stadium IIIA yang masih dapat direseksi setelah kemoterapi neoadjuvan. Jenis pembedahan yang dapat dilakukan adalah lobektomi, segmentektomi dan reseksi sublobaris. Pasien dengan kardiovaskular atau kapasitas paru yang lebih rendah, pembedahan segmentektomi dan reseksi sublobaris paru dilakukan.

2. Radioterapi 
Radioterapi dalam tatalaksana kanker paru  Bukan Sel Kecil (KPKBSK) dapat berperan di semua stadium KPKBSK sebagai terapi kuratif definitif, kuratif neoajuvan atau ajuvan maupun paliatif. 

Radioterapi dapat diberikan pada stadium I yang menolak dilakukan operasi setelah evaluasi bedah thoraks dan pada stadium lokal lanjut (Stadium II dan III) konkuren dengan kemoterapi.
Baca Juga: Efek Samping Kemoterapi dan Solusinya  
Pada pasien Stadium IIIA resektabel, kemoterapi pre operasi dan radiasi pasca operasi merupakan pilihan. Pada pasien Stadium IV, radioterapi diberikan sebagai paliatif atau pencegahan gejala (nyeri, perdarahan, obstruksi).

3. Kemoterapi 
Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada stadium dini, atau sebagai adjuvant pasca pembedahan. Terapi adjuvant dapat diberikan pada KPKBSK stadium IIA, IIB dan IIIA. Pada KPKBSK stadium lanjut, kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan pengobatan jika tampilan umum pasien baik. Kemoterapi adalah sebagai terapi paliatif pada pasien dengan stadium lanjut.

Penatalaksanaan kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK) berbeda dengan KPBSK, pasien dengan KPKSK, penatalaksanaan dilakukan berdasarkan stadium, antara lain : 
1. Stadium terbatas 
Pilihan modalitas terapi pada stadium ini adalah kombinasi dari kemoterapi berbasis-platinum dan terapi radiasi toraks. Kemoterapi dilakukan paling banyak 4-6 siklus, dengan peningkatan toksisitas yang signifikan jika diberikan lebih dari 6 siklus. Regimen terapi kombinasi yang memberikan hasil paling baik adalah concurrent therapy, dengan terapi radiasi dimulai dalam 30 hari setelah awal kemoterapi. 

Regimen kemoterapi yang tersedia untuk stadium ini adalah EP, sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan utama, sisplatin/karboplatin dengan irinotekan. Reseksi bedah dapat dilakukan dengan kemoterapi adjuvant atau kombinasi kemoterapi dan radiasi terapi adjuvant pada TNM stadium dini, dengan/tanpa pembesaran kelenjar getah bening. 

2. Stadium lanjut 
Pilihan utama modalitas terapi stadium ini adalah kemoterapi kombinasi. Regimen kemoterapi yang dapat digunakan pada stadium ini adalah: sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan utama), atau sisplatin/karboplatin dengan irinotekan. Pilihan lain adalah radiasi paliatif pada lesi primer dan lesi metastasis.

BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CA PARU

2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas Klien
Mengidentifikasi identitas klien kemudian dikaitkan dengan apakah ada faktor resiko yang menyertainya. Pengkajian identifikasi klien meliputi:
1. Nama: Tulis nama panggilan pasien atau inisial
2. Umur: Resiko Ca paru meningkat pada orang berumur >40 tahun
3. Jenis kelamin: Ca paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia dan terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan
4. Agama: Tidak ada agama tertentu yang penganutnya memiliki resiko lenih banyak mengidap Ca paru
5. Pendidikan: Tingkat pendidikan akan mempengaruhi resiko terserang Ca paru, orang dengan pendidikan tinggi mungkin akan lebih berhati-hati ketika berhadapan dengan asap yang berbahaya
6. Alamat: Jumlah kejadian Ca paru dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan karena banyaknya polusi udara di perkotaan
7. No. RM: Dapat dicatat sesuai dengan urutan pasien masuk
8. Pekerjaan: Pekerjaan yang berhubungan erat dengan asap dan zat karsinogen akan meningkatkan resiko lebih besar terserang Ca paru. Beberapa pekerjaan yang meningkatkan resiko Ca paru adalah pekerja asbes, kapster salon, pabrik industri, dan lain-lain
9. Status Perkawinan: Tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan angka kejadian Ca paru
10. Tanggal MRS: Dilihat sejak klien masuk IGD
11. Tanggal Pengkajian: Ditulis dengan tanggal ketika perawat melakukan pengkajian pertama kali
12. Sumber Informasi: Sumber informasi bisa didapat dari pasien, keluarga, atau pasien dan keluarha. Dari pasien biasanya jika pasien tidak ada keluarga, dari keluarga biasanya jika pasien tidak kooperatif, dan dari pasien dan keluarga apabila keduanya kooperatif dalam memberikan informasi

2.1.2 Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik:
- Ca Paru
2. Keluhan Utama:

Adenokarsinoma dan
Bronkoalveolar
Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma Sel kecil
Karsinoma Sel besar
Tanda dan Gejala
Nafas dangkal
Batuk
Penurunan nafsu makan
Trosseau syndrome
Batuk
Dyspnea
Nyeri dada
Atelektasis
Pneumonia postobstruktif
Mengi
Hemoptisis
Kelelahan
Penurunan berat badan
SIADH
Sindrom chusing
Hiperkalsemia
Batuk
Stridor
Nafas dangkal
Sesak nafas
Anemia
Batuk
berkepanjangan
Nyeri dada saat menghirup
Suara serak
Sesak napas

3. Riwayat penyakit sekarang:
Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuh darah; malaise; anoreksia; sesak nafas; nyeri dada dapat bersifat lokal atau pleuritik

4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Kaji apakah klien memiliki riwayat penyakit paru dan penyakit menular atau menurun lainnnya sebelumnya. Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru
b. Alergi : Kaji alergi klien terhadap makanan, obat, plester, dan lain-lain
c. Imunisasi : Kaji apakah klien mendapatkan imunisasi lengkap atau tidak
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Kebiasaan yang sangat berkaitan denga Ca paru adalah kebiasaan merokok, menghirup asap rokok, zat karsinogen, dan polusi udara. Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh kasus. 
Baca Juga: Asuhan Keperawatan TB Paru Nanda Nic Noc Terbaru
Jika terjadi pada laki-laki maka yang harus dikaji adalah usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok. Jika terjadi pada wanita maka yang harus dikaji adalah seberapa sering menghirup asap rokok atau terpapar zat lainnya
e. Obat-obat yang digunakan:
Menanyakan pada klien obat apa saja yang dikonsumsi sebelum MRS
f. Riwayat penyakit keluarga:
Mengkaji apakah terdapat riwayat keluarga sebelumnya yang mengidap Ca paru, penyakit menular, atau menurun lainnya

2.1.3 Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Pada klien dengan Ca paru sebagian besar akan merasakan sesak dan menganggap sesak tersebut adalah sesak biasa karena pada klien Ca paru pada fase awal akan jarang menimbulkan gejala. Gejala akan timbul biasanya jika Ca paru sudah semakin meluas. Sehingga klien tidak terlalu perhatian dengan gejala yang dirasakannya pada gejala awal

2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
a. Antropometeri : dilakukan dengan menghitung TB, BB, dan IMT. Biasanya pada klien dengan Ca Paru apabila terjadi pada tipe adenokarsinoma akan mengalami penurunan nafsu makan yang berakibat pada penurunan berat badan
b. Biomedical sign : dilakukan dengan cek darah lengkap
c. Clinical Sign : dilakukan dengan mengkaji status umum pasien meliputi mukosa bibir, konjungtiva, keadaan umum (lemas atau segar), dll

3. Diet Pattern : dilakukan dengan mengkaji bagaimana pola makan pasien saat ini. Pada umumnya pada klien dengan Ca paru jika mengalami sesak nafas maka nafsu makan akan semakin menurun

4. Pola eliminasi:
BAK
- Frekuensi : Mengalami peningkatan
- Jumlah : Mengalami peningkatan
- Warna : Kuning
- Bau : Amoniak dan obat
- Karakter : Cair
- Alat Bantu : Tidak menggunakan kateter
- Kemandirian : Dibantu BAB
- Frekuensi : Mengalami sembelit
- Jumlah : 1 kali selama MRS
- Warna Bau : Khas feses
- Karakter : Keras
- Alat Bantu : Tidak terpasang alat bantu
- Kemandirian : Dibantu

5. Pola aktivitas & latihan
Pada klien dengan Ca Paru maka aktivitas sehari-hari mengalami penurunan
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri
0
1
2
3
4
Makan / minum




Toileting




Berpakaian




Mobilitas di tempat tidur




Berpindah




Ambulasi / ROM





Status Oksigenasi :
RR meningkat
tidak ada retraksi dada Ada batuk dan sputum
- Fungsi kardiovaskuler : irama jantung teratur, nadi normal Terapi oksigen : menggunakan alat bantu nafas nassal canul

6. Pola tidur & istirahat
1. Durasi : berkurang
2. Gangguan tidur : menahan nyeri dan sesak nafas
3. Keadaan bangun tidur : lemah

7. Pola kognitif & perceptual
a. Fungsi Kognitif dan Memori :
Pasien mampu berhitung dan mengingat apa yang telah dilakukan oleh perawat saat dilakukan pengkajian.
b. Fungsi dan keadaan indera : Keadaan indera pasien baik

8. Pola persepsi diri
a. Gambaran diri: Klien biasanya mengkhawatirkan jika dia tidak bisa bekerja seperti biasanya
b. Identitas diri: dilakukan dengan mengkaji identitas umum klien (jenis kelamin, umur, dll)
c. Harga diri: Klien biasanya merasa malu memiliki penyakit kanker dan khawatir jika setelah kemoterapi rambutnya akan rontok
e. Peran Diri : Pasien dengan Ca paru biasanya adalah seseorang dalam usia produktif dan sedang bekerja (>40 tahun)

9. Pola seksualitas & reproduksi
a. Pola seksualitas
Tidak terdapat hubungan pola seksualitas dengan terjadinya Ca paru
b. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi klien baik

10. Pola peran & hubungan
Klien dengan Ca paru biasanya akan lebih menjauh dari orang-orang sekitarnya karena khawatir penyakitnya akan menular seperti TBC dan penyakit paru lainnya

11. Pola manajemen koping-stress
Dilakukan dengan melihat seberapa besar optimism pasien dalam menghadapi penyakit tersebut

12. System nilai & keyakinan
Dilakukan dengan mengkaji agama ataupun kepercayaan klien sebagai pegangan hidup

2.1.4 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
b. Tanda vital:
c. Tekanan Darah : Normal, jika tidak ada riwayat hipertensi
d. Nadi : Meningkat (Normal 80-100x/menit)
e. RR : Meningkat (Normal 16-24x/menit)
f. Suhu : Biasanya normal (36,5-37,5) kecuali jika ada inflamasi
Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

1. Kepala
Inspeksi: kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna hitam kaji uban), distribusi normal, kaji kerontokan rambut jika sudah dilakukan kemoterapi Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat lesi, tidak ada perdarahan, tidak ada lesi.

2. Mata
Inspeksi: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, refleks pipil terhadap cahaya (+/+), kondisi bersih, bulu mata rata dan hitam
Palpasi: tidak ditemukan nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal

3. Telinga
Inspeksi: telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen, tidak ada kelainan bentuk.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal

4. Hidung
Inspeksi: hidung simetris, hidung terlihat bersih, terpasang alat bantu pernafasan

5. Mulut
Inspeksi: mukosa bibir lembab, mulut bersih, lidah berwarna merah, gigi bersih tidak ada karies gigi
Palpasi: tidak ada pembesaran tonsil

6. Dada
Paru
Jantung
Inspeksi: Betuk dada kadang tidak simetris, kaji adanya retraksi dada
Palpasi: Pengembangan paru tidak simetris, kaji adanya kemungkinan flail chest Perkusi: Suara paru sonor
Auskultasi:       Ada      suara   nafas            tambahan
Wheezing
Inspeksi: Tidak ada pembesaran jantung Palpasi: Tidak ada edema dan nyeri tekan Perkusi: Suara jantung pekak
Auskultasi: Tidak ada bunyi jantung tambahan (Gallop, Gargling, Mur-mur, Friction rub)

7. Abdomen
Inspeksi: bentuk abdomen datar Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi: Kaji adanya ketegangan abdomen
Auskultasi: Kaji adanya penurunan bising usus karena penurunan nafsu makan
8. Urogenital
Inspeksi: Tidak terpasanga alat bantu nafas
9. Ekstremitas
Inspeksi: ekstremitas biasanya sulit digerakkan karena takut sesak nafas Palpasi: akral dingin, tidak ada edema, tugor kuit baik.
10. Kulit dan kuku
Inspeksi : Turgor kulit tidak baik, tidak ada lesi, kuku berwarna pink Palpasi : kondisi kulit lembab, CRT <2 detik, dan akral dingin.
11. Keadaan local
Pasien tampak lemah berbaring di tempat tidur, terpasang alat bantu pernafasan, kesadaran compos mentis (sadar penuh)

2.1.4 Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium Rontgen dada yang menunjukkan Ca paru


2.2 Diagnosa Keperawatan Ca Paru Nanda Nic Noc

Diagnosa yang sering muncul pada pasien dengan Ca Paru adalah:
1. Gangguan pertukaran gas (00030) berhubungan dengan himoptosis atau bronkiektasis dan atelektasis
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) berhubungan dengan peningkatan produksi mukus
3. Ketidakefektifan pola napas (00032) berhubungan dengan obstruksi bronkus atau sumbatan parsial pada intrapulmoner proksimal
4. Nyeri   kronis (00132) berhubungan   dengan penyebaran neoplastik ke mediastinum
5. Ansietas (00146) berhubungan dengan nyeri kronis

2.3 Intervensi Ca Paru
No.
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
1.
Gangguan pertukaran gas (00030) berhubungan dengan himoptosis atau bronkiektasis dan atelektasis
Tujuan:
Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam klien gangguan pertukaran gas pada klien dapat teratasi
Kriteria Hasil:
0415. Status Pernafasan: Pertukaran Gas
Saturasi oksigen dari skala 1 menjadi skala 4
Keseimbangan ventilasi dan perfusi dari skala 1 menjadi skala 5
Dispnea           saat     istirahat            dari      skala    1 menjadi skala 5
3140. Manajemen Jalan nafas
Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi       kebutuhan            aktual/potensial           untuk memasukkan alat dan membuka jalan nafas
Motivasi pasien untuk bernafas dalam dan pelan
Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menuurun atau tidak ada dan adanya suara tambahan
Monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana mestinya
3320. Terapi Oksigen
Bersihkan mulut dan hidung
Pertahankan kepatenan jalan nafas
Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem
humidifier
Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
Monitor alat pemberian oksigen
Monitor efektifitas terapi oksigen dengan tepat
2.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) berhubungan dengan peningkatan produksi
Mucus
Tujuan:
Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam tidak ada sumbatan pada jalan nafas klien
Kriteria Hasil:
0410 Status Pernafasan: Kepatenan Jalan
3140. Manajemen Jalan Nafas
Instruksikan klien bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
Kolaborasi       pemberian            bronkodilator   sebagaimana mestinya


Nafas
Frekuensi        pernafasan      dari            skala    1 menjadi skala 5
Irama pernafasan dari skala 1 menjadi skala 5
Kemampuan untuk mengeluarkan sekret dari skala 1 menjadi skala 4
Akumulasi sputum dari skala 1 menjadi skala 4
Suara  nafas   tambahan        dari            skala    1
menjadi skala 5
Berikan bantuan terapi nafas (nebulizer) jika diperlukan
Posisikan klien untuk meringankan sesak nafas
3320. Terapi Oksigen
Bersihkan mulut hidung dan sekresi trakea dengan tepat
Pertahankan kepatenan jalan nafas
Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem
humidifier
Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
Monitor alat pemberian oksigen
Monitor efektifitas terapi oksigen dengan tepat
3.
Ketidakefektifan pola napas (00032) berhubungan dengan obstruksi bronkus atau sumbatan parsial pada intrapulmoner proksimal
Tujuan:
Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam status pola nafas klien efektif
Kriteria Hasil: Status Pernafasan
Frekuensi        pernafasan      dari            skala    1 menjadi skala 5
Kapasitas vital dan volume tidal dari skala 1 menjadi skala 4
Suara  auskultasi        nafas   dari            skala    1 menjadi skala 4
Irama pernafasan dari skala 1 menjadi
skala 5
3140. Manajemen Jalan nafas
Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
Motivasi pasien untuk bernafas dalam dan pelan
Monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana mestinya
3320. Terapi Oksigen
Bersihkan mulut hidung dan sekresi trakea dengan tepat
Pertahankan kepatenan jalan nafas
Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem
humidifier
Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
Monitor alat pemberian oksigen
Monitor efektifitas terapi oksigen dengan tepat
4.
Nyeri kronis (00132) berhubungan   dengan penyebaran neoplastik ke mediastinum
Tujuan:
Setelah dilakukan perawatan 3x24 klien sedikit atau tidak menunjukkan nyeri Kriteria Hasil:
1605. Kontrol Nyeri
Mengenali kapan nyeri terjadi dari skala 1 menjadi skala 3
Menggambarkan faktor penyebab nyeri dari skala 1 menjadi skala 3
Menggunakan tindakan pengurangan nyeri (tanpa analgesik) dari skala 1 menjadi skala 3
Melaporkan nyeri terkontrol dari skala 1 menjadi skala 4
2102. Tingkat Nyeri
Nyeri   yang   dilaporkan        dari            skala    1 menjadi skala 4
Ekspresi wajah nyeri dari skala 1 menjadi skala 3
2210. Pemberian Analgesik
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan keparahan nyeri sebelum mengobati klien
Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan
Cek adanya riwayat alergi obat
Monitor            tanda-tanda     vital            sebelum          dan      sesudah pemberian analgesik
Berikan analgesik sesuai dengan waktu paruhnya
1400. Manajemen Nyeri
Lakukan pengkajian nyeri komprehensif dengan teknik PQRST
Gunakan         strategi            komunikasi            terapeutik        untuk mengetahui pengalaman nyeri
Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan tepat.
Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri sesuai
kebutuhahan.
5.
Ansietas (00146) berhubungan dengan nyeri kronis
Tujuan:
Setelah dilakukan perawatan 3x24 klien sedikit atau tidak menunjukkan tanda ansietas
Kriteria Hasil:
1211. Tingkat Kecemasan
Perasaan gelisah dari skala 1 menjadi skala 5
Rasa cemas yang disampaikan secara lisan dari skala 1 menjadi skala 5
Peningkatan frekuensi nadi dari skala 1 menjadi skala 5
Gangguan tidur dari skala 1 menjadi skala 5
5820. Pengurangan Kecemasan
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
Jelaskan penyebab nyeri
Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis.
Instruksikan klien untuk menggunakan tekhnik relaksasi
Kolaborasi penggunaan obat-obatan untuk mengurangi kecemasan secara tepat
6680. Monitor Tanda-Tanda Vital
Monitor            tekanan           darah,            nadi,    suhu,   dan      status pernafasan dengan tepat.
Monitor irama dan tekanan jantung
Monitor nada jantung.
Monitor irama dan laju pernafasan.
Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda- tanda vital

2.4 Discharge Planning
Discharge planning merupakan serangkaian keputusan dan aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang berlanjut dan terkoordinasi ketika pasien akan pulang dari pelayanan kesehatan. 

Discharge planning pada pasien kanker paru disusun berdasarakan tindakan keperawatan yang meliputi observasi, mandiri, edukasi, dan kolaborasi yang disusun sebagai berikut :
1. Observasi keadaan pasien meliputi tanda-tanda vital pasien
2. Kolaborasi dengan dokter untuk mengkonsultasikan tentang penanganan lanjutan (Kemoterapi, radiasi, atau pembedahan)
3. Motivasi klien untuk tidak merokok dan tidak berada di dekat orang yang sedang merokok
4. Hindari daerah yang banyak polusi udara atau pakailah masker untuk mencegah debu masuk ke saluran pernafasan
5. Ajarkan kepada klien untuk meningkatkan daya tahan tubuh, cukup istirahat, dan makan-makanan yang bergizi
6. Ajarkan kepada klien untuk menghindari menghirup zat karsinogenik (seperti asbestos, uranium, dll)

DAFTAR PUSTAKA
Guyton A.C. and J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna., et all. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015- 2017. Edisi 10. Jakarta: EGC
Kemenkes RI. 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Paru. http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKParu.pdf (Diakses pada 15 Januari 2018)
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc. Jogja: Mediaction
Nurjannah, I & Tumanggor, R.D. 2013. Nursing Interventions Classification
Edisi 6 (Bahasa Indonesia). Indonesia. ELSEVIER.
Nurjannah, I & Tumanggor, R.D. 2013. Nursing Outcomes Classification Edisi
5 (Bahasa Indonesia). Indonesia. ELSEVIER.
Purba, Ardina Filindri & Wibisono. 2015 Pola Klinis Kanker Paru di RSUP dr. Kariadi Semarang Periode Juli 2013- Juli 2014. http://eprints.undip.ac.id/46681/3/BAB_II_HASIL_KTI.pdf (Diakses pada 15 Januari 2018)
Sari, Lenny Widyawati Intan dan Purwoko, Yosef. 2015. Perbedaan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Pelatihan Senam Lansia Menpora pada Kelompok Lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang. http://eprints.undip.ac.id/46788/3/Lenny_Widyawati_Intan_Sari_2201011 1120052_Lap.KTI_Bab2.pdf (Diakses pada 15 Januari 2018)
Stoppler, M.C. 2010. Kanker Paru. http://www.emedicinehealth/ (Diakses pada 15 Januari 2018)
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC
Tan, Winston W. 2017. Non-Small Cell Lung Cancer Clinical Presentation https://emedicine.medscape.com/article/279960-clinical. (Diakses pada 22 Januari 2018 
Syafrullah, Sarah Carolin. 2015. Pengaruh Olahraga Renang terhadap Kapasitas Vital Paksa dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. http://digilib.unila.ac.id/20701/14/BAB%20II.pdf (Diakses pada 15 Januari 2018)
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC
Tan, Winston W. 2017. Non-Small Cell Lung Cancer Clinical Presentation. https://emedicine.medscape.com/article/279960-clinical. (Diakses pada 22 Januari 2018)

0 Response to "ASKEP CA Paru Nanda Nic Noc Terbaru "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel