-->

Laporan Pendahuluan Abortus Nanda Nic Noc Terbaru


LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS 

DISUSUN OLEH
NAMA                        :MARTUNIS
NIM                            :16010015
KELAS                        : 4a

SEKPLAH TINGGI ILMU KESHATAN
MEDIKA NUTUL ISLAM SIGLI
TAHUN 2019 
A.    Pengertian
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei sebelum janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diamggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Sofian dalam Nurarif dan Kusuma, 2015)
Definisi abortus menurut WHO adalah penghentian kehamilan sebelum janin berusia 20 minggu karena secara medis janin tidak bisa bertahan di luar kandungan. Sebaliknya bila penghentian kehamilan dilakukan saat janin sudah berusia berusia di atas 20 minggu maka hal tersebut adalah infanticide atau pembunuhan janin.
B.     Klasifikasi
Menurut Mitayani, 2013
Berdasarkan kejaadiannya dapat dibagi atas dua kelompok:
1.    Aborsi spontan
Terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor meknis ataupun medisnalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Klasifikasi abortus spontan:
a.       Abortus iminens
     Pada abortus ini terlihat perdarahan per vaginam. Pada 50% kasus, perdarahan tersebut hanya sedikit berhenti setelah berlangsung beberapa hari, dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita yang mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada bayi. Biasanya kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalau janin mengalami gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut: upaya perawatn untuk  meminta dokter membantu menenteramkan kekhawatiran pasien merupakan tindakan yang bijaksana. Terapi yang dianjurkan pada abortus iminens adalah tirah baring dan penggunaan sedatif selama paling sedikit 48 jamdengan observasi cermat terhadap warna dan jenis drah/jaringan yang keluar dari dalam vagina. Preparat enema dan laksatif idak boleh diberikan. Pemeriksaan USG terhadap isi uterus dikerjakan pada stadium ini dan kemudian bisa diulangi lagi 2 minggu kemudian. Pasangan suami-istri dianjurkan untuk tidak senggama selama periode ini.
b.      Abortus insipiens
     Abortus ini ditandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat,kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan dilatasi serviks.
     Jika abortus tidak terjadi dalam waktu 24 jam, uterus harus dikosongkan dengan menggunakan forseps ovum, alat kuret dan kanula pengisap; semua bahan yang dikirim untuk pemeriksaan histologi. Antibiotik sering diberikan pada stadium ini.
c.       Abortus kompletus
     Abortus ini terjadi kalau semua produk oembuahan seperti janin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami involusi.
d.      Abortus inkompletus
     Abortus ini berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini, perdarahan tidak segera berkurang sementara serviks tetap terbuka.
     Terapi asuhan keperawatan dan observasi pada abortus ini dilakukan sama seperti pada abortus insipiens. Namun demikian, evakuasi uterus harus segers dilakukan setelah diagnosis ditegakkan untuk mencegah perdarahan lebih lanjut. Perhatian khusus diberikan pada higiene vulva. Pada sebagian kasus, supresi laktasi mungkin diperlukan. Preparat gamaglobulin anti-D diberikan pada wanita dengan Rh-negatif.
e.       Missed abortion
     Abortus ini terjadi kalau sesudah mengalami abortus iminens, perdarahan per vaginam berhenti namun produk pembuahan meninggal dan tetap berada dalam rahim. Tanda-tanda kehamilan berkurang, yaitu: payudara menjadi lebih kecil dan lebih lunak, pertumbuhan uterus terhenti, dan wanita tersebut tidak lagi ‘merasa’ hamil. Sesudah beberapa minggu, sekret kecoklatan dapat terlihat keluar dari dalam vagina dan tanda-tanda eksternal kehamilan menghilang. Hipofibrinogenemia dapat terjadi. Bekuan darah dari perdarahan plasennta kadang-kadang memenuhi uterus untuk membentuk mola karneosa. Evakuasi spontan akhirnya terjadi pada sekitar usia kehamilan 18 minggu dan sebagian dokter beranggapan bahwa tindakan yang lebih aman adalah menunggu evakuasi spontan. Namun demikian, wanita meminta dokter untuk mengeluarkannya secepat mungkin setelah menyadari bahwa bayinya sudah meninggal. Keadaan ini memberikan situasi yang sangat sulit.
f.       Abortus akibat inkompetensi serviks
     Biasanya terjadi di sekitar usia kehamilan 20 minggu. Serviks berdilatasi tanpa rasa nyeri dan kantong janin menonjol. Pada kehamilan berikutnya, abortus dapat dicegah dengan membuat jahitan seperti tali pada mulut kantong (purse-string suture) yang dilakukan dengan pembiusan di sekeliling serviks pada titik temu antara rugae vagina dan serviks yang licin (jahitan Shirodkar). Jahitan tersebut dibiarkan sampai kehamilan berusia 38 minggu dan pada saat ini, jahitan dipotong sehingga persalinan spontan diharapkan akan mulai terjadi. Angka keberhasilan jahitan Shirodkar mencapai 80% pada kasus-kasus inkompetensi serviks murni.
g.      Abortus habitualis
     Abortus ini digunakan kalau seorang wanita mengalami tiga kali atau lebih abortus spontan yang terjadi berturut-turut. Penyebab abortus habitualis  lebih dari satu (multipel). Dan sering terdapat lebih dari satu faktor yang terlibat.
h.      Abortus septik
     Infeksi dapat mempersulit setiap jenis abortus karena resistensi normal saluran genitalia pada hakikatnya tidak terdapat saat ini. Abortus kriminalis (abortus ilegal yang dilakukan secara gelap) masih menjadi penyebab infeksi yang paling serius karena tidak dilakukan secara aseptik. Faktor lain yang terlibat adalah keberadaan produk pembuahan, yaitu jaringan plasenta yang mati di dalam rahim. Infeksi dapat menyerang endometrium dan menyebar ke bagian lain secara langsung atau tidak langsung untuk menyebabkan peritonitis, salpingitis, dan septikemia.
2.      Abortus provokatus (induced abortion) terjadi karena sengaja dilakukam dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.
Abortus ini terbagi menjadi dua kelompok:
a.       Abortus Medisinalis (Abortus therapeutica)
Merupakan abortus yang diinduksi secara buatan, baik untuk alasan terapeutik (bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu) maupun alasan lain.
b.      Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
C.     Etiologi (Mitayani, 2013)
1.    Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini dan kejadian ini kerapkali disebabkan oleh cacat kromosom.
2.    Abnormalitas uterus yang mengakibatkan kelainan kavum uteri atau halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.
3.    Kerusakan pada serviks skibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akobat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi)
4.    Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat: penyakit mencakup infeksi virus akut, panas tinggi, dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar. Nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik, akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan aortus dengan merangsang kontraksi uterus.
5.    Trauma, tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual, khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran berkali-kali.
6.    Faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi progedteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10-12 minggu, yaitu pada saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7.    Sebab-sebab psikomatik: stres dan emosi yang kuat diketahhui dapat mempengaruhi fungsii uterus lewat sistem hipotalamus-hipofise. Banyak dokter obstetri yang melaporkan kasus-kasus abortus spontan dengan riwayat stres, dan biasanya mereka juga menyebutkan kehamilan yang berhasil baik (pada wanita dengan riwayat stres berat) setelah kecemasan dihilangkan.
D.    Manifestasi klinis
Seorang wanita diduga mengalami abortus apabila dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid yang terlambat, juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah (Mitayani,2013:23).
            Setelah dilakukan pemeriksaan ginekologi di dapatkan tanda-tanda sebagai berikut
1.         Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2.         Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah teertutup, ada/tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada/tidak jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3.         Colok vagina : posio masih terbuka/sudah tertutup, teraba/tidak jaringan pada uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyangkan, tidak nyeri pada perabaan adneksia, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
E.     Pemeriksaan penunjang
1.      Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu stelah kehamilan.
2.      Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3.      Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
F.      Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu villi khorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, adakalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah yang mati tidak dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merah.
G.    Pathway
Laporan Pendahuluan Abortus Nanda Nic Noc Terbaru

H.    Komplikasi Abortus (Farrer, Hellen, 2009)
1.      Perdarahan (Hemorrage)
2.      Perforasi sering terjadi di waktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti dukun anak, dll
3.      Infeksi dan tetanus
4.      Payah ginjal akut
5.      Syok karena perdarahan banyak dan infeksi berat (sepsis)

I.       Model Konsep Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Identitas
1)      Identitas pasien berupa nama, alamat, umur, status, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal lahir, nomor RM, diagnosa medis, jenis kelamin.
2)      Identitas pengguang jawab berupa nama, alamat, tanggallahir, status, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien, jenis kelamin.
b.      Riwayat kesehatan
1)      Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien.
2)      Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian kondisi kesehatan pasien saat ini.
3)      Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan kodisi kesehatan saat ini.
4)      Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
c.       Pengkajian fungsional Gordon
Perubahan pola kebutuhan dasar manusia sebelum sakit dan sesudah sakit
1)      Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2)      Pola nutrisi
3)      Pola eliminasi
4)      Pola istirahat dan tidur
5)      Pola personal hygiene
6)      Pola aktivitas
7)      Pola kognitif dan persepsi
8)      Pola konsep diri
9)      Pola hubungan dan peran
10)  Pola seksual dan reproduksi
11)  Pola penanganan masalah stress
12)  Pola keyakinan dan nilai-nilai
d.      Pemeriksaan fisik
1)      Keadaan umum dan kesadaran umum
2)      Tanda tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
3)      Pemeriksaan head to toe
e.       Pemeriksaan penunjang
1)      Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu stelah kehamilan.
2)      Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3)      Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

2.      Diagnosa keperawatan
(SDKI DPP PPNI. 2017 Edisi 1)
a.       Kekurangan volume cairan b/d perdarahan
b.      Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, penurunan sirkulasi
c.       Resiko infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan sekunder

3.      Intervensi
No.
Tujuan dan kriteria hasil
Diagnosa
Intervensi
1.
Tujuan
Tidak ada tanda-tanda nyeri pada pasien
Kriteria Hasil
a.       Skala nyeri 1-2
b.      Tidak ada nyeri tekan
Nyeri b/d kontraksi pengeluaran hasil konsepsi
a.    Monitor KU dan TTV pasien
b.    Kaji nyeri (PQRST)
c.    Kolaborasi pemberian obat anti nyeri
2.
Tujuan
Dapat mempertahankan atau meningkatkan aktivitas.
Kriteria Hasil
a.    Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari).
b.    menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

a.   Monitor TTV
b.   Batasi aktivitas klien
c.   Observasi penyebab kelemahan diri pasien
3.













4.
Tujuan
Meminimalisir gangguan integritas kulit
Kriteria Hasil :
1.      Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
2.      Mampu melindungi dan menjaga kelembaban kulit

Tujuan
Menghilangkan rasa khawatir dan kecewa
Kriteria hasil:
1.      Postur tubuh , ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
2.      Klien mampu mengidentifikasi dan menunjukkan teknik mengontrol cemas
K
K

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan infeksi virus Varicella Zoster










Ansietas berhubungan dengan stress; kondisi diri dan janin.

a.     Observasi KU dan TTV
b.     Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar
c.     Jaga kebersihan kulit
d.    Hindari kerutan pada tempat tidur






a.       Anjurkan keluarga untuk menemani pasien
b.      Lakukan back/neck rub
c.       Identifikasi tingkat kecemasan pasien

4.      Implementasi
Melakukan tindakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan intervensi yang telah disusun.
5.      Evaluasi
Evaluai terhadap masalah nyeri dan gangguan pola tidur dengan menilai hilangnya  nyeri dan pola tidur.






DAFTAR PUSTAKA

Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An Affiliate OfElsefer.
Farrer, Helen. 2009. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan  Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Mitayani, 2013. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika: Jakarta
Nurarif, Kusuma.2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
                   


0 Response to "Laporan Pendahuluan Abortus Nanda Nic Noc Terbaru"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel