Askep Flu Burung Nanda Nic Noc Terbaru
Flu burung, atau juga dikenal sebagai flu burung, adalah jenis infeksi virus yang biasa ditemukan pada unggas. Namun, virus yang menyebabkan flu burung dapat bermutasi dan menyebar ke manusia.
Jika manusia terinfeksi virus flu burung, gejala yang muncul akan bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat dan berpotensi mengancam jiwa. Penularan ini biasanya terjadi karena kontak dengan unggas yang terinfeksi atau proses memasak unggas yang kurang matang.
Penyakit ini tidak dapat menular antar manusia, tetapi para ahli khawatir bahwa kemungkinan virus flu burung bisa bermutasi lagi dan bisa menyebar dengan mudah ke sesama manusia.
Nah pada kali ini kita akan membahas tentang asuhan keperawatan flu burung, dimana artikel ini saya buat selengkap mungkin agar kita mahasiswa dan perawat yang sudah bekerja bisa memanfaatkannya sebagai pedoman dalam bekerja.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Flu burung merupakan sejenis penyakit influenza. Mikroorganisme penyebabnya adalah virus influenza A yang biasa mengenai unggas. Virus influenza sendiri termasuk dalam family orthomyxoviruses yang terdiri dari 3 tipe yaitu: A, B, dan C.
Virus influenza tipe B dan C dapat menyebabkan penyakit pada manusia dengan gejala yang ringan dan tidak fatal sehingga tidak terlalu menjadi masalah. Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtype berdasarkan petanda berupa tonjolan protein pada permukaan sel virus.
Ada 2 protein petanda virus influenza A yaitu hematuglunin dilambangkan dengan H dan protein neuramidase dilambangkan dengan N. (Pohan, 2014, p. 721)
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkanoleh virus influenza yang menyerang burung / unggas dan manusia. Salah satu tipe yang diwaspadai adalah yang disebabkan oleh influenza dengan kode genetic H5N1 ( H: hematuglutinin, N: neuramidase). (Nurarif, 2015, p. 1)
B. Batasan Masalah
Pada pembahasan ini hanya memahami konsep dan melaksanakan Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit flu burung.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep penyakit flu burung?
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien flu burung?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui, memahami, dan menambah pengetahuan/wawasan tentang asuhan keperawatan pada pasien flu burung.
2. Tujuan Khusus
- Agar mahasiswa mengetahui dan memahami definisi flu burung.
- Agar mahasiswa mengetahui dan memahami penyebab atau etiologi dari flu burung.
- Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari flu burung.
- Agar mahasiswa mengetahui dan memahami patofisiologi dari flu burung.
- Agar mahasiswa mengetahui dan memahami klasifikasi dai flu burung.
- Agar mahasiswa mengetahui dan memahami komplikasi dari flu burung.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang dikarenakan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari penyakit ini antara lain avian influenza. Penyakit flu burung atau flu unggas adalah suatu penyakit menular yg dikarenakan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang burung/unggas dan manusia. Salah satu tipe yang diwaspadai adalah oleh influenza dengan kode genetik H5N1 (H : Haemagglutinin, N : Neuramidase). (Nurarif, 2015, p. 1)
Influenza burung, atau avian influenza merupakan penyakit infeksi akibat virus influenzatipe A yang biasa mengenai unggas. Virus influenza sendiri termasuk dalam family orthomyxoviruses yang terdiri dari 3 tipe yaitu, A, B, dan C. (Setiati, 2014, p. 721)
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini, yaitu; dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit.
Dikenal beberapa tipe Virus influenza, yaitu; tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu; H1N 1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain. Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain H5N1 (H=hemagglutinin; N= neuraminidase).
Baca Juga: ASKEP CA Paru Nanda Nic Noc TerbaruHal ini terlihat dari basil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus Inluenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas. Secara umum, virus Flu Burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.
Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B, dan C. Ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan complement fixation test. H5N1 merupakan virus influenza tipe A, termasuk dalam famili orthomyxoviruses dengan penyebaran melalui udra (droplet infection) dan dapat berubah-ubah bentuk.
Virus ini terdiri dari hemaglutinin (H) Neuromidase (N). Kedua huruf digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7, sedangkan pada binatang H1H5 dan H1N9.
Strain yang sangat virulen /ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1 dan virus tersebut dapat bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22˚C dan lebih dari 30 hari pada 0˚C. Virus akan mati pada pemanasan 60˚C selama 30 menit / 56˚C selama 3 jam dan denan detergen, desinfektan misal formalin cairan yang mengandung iodine (Nurarif, 2015, p. 1)
Struktur antigenic virus influenza meliputi antara lain tiga bagian utama berupa antigen S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S yang merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonunukleu protein. Antigen ini spesifik untuk masing-masing tipe.
Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus dan memegang peran pada imunitas terhadap virus. Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung inti virus dan hanya memegang peran yang minim pada imunitas. Selubung inti virus berlapis matriks protein sebelah dalam dan membrane lemak disebelah luarnya. (Nelwan, 2014, p. 725)
Penyebab Flu Burung
• Virus influenza tipe A
• Termasuk famili orthomyxoviridae
• Dapat berubah ubah bentuk
• Terdiri dari hemaglutinin (H) Neuramidase (N). Kedua huruf diberdayakan sbg identifikasi kodesubtipe flu burung yang banyak jenisnya
• Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7,sedangkan pada binatang H1H5 dan N1N9
• Strain yg sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dr sub tipe A H5N1
• Virus tsb dpt bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pd 0°C
• Virus akan mati pd pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56°C selama 3 jam dan dgn ditergent,desinfektan misal formalin cairan yang mengandung iodine
C. Tanda Dan gejala
- Masa inkubasi 3 hari dengan rentang 2-4 hari
- Batuk, pilek, demam >38˚C
- Sefalgia, nyeri tenggorokan, mialgia dan malaise
- Diare, konjungtivitis
- Flu ringan hingga berat, pneumonia, dan banyak yang berakit dengan ARDS.
- Kelainan laboratorium, leucopenia, limfopenia,dan trombositopenia.
- Gangguan ginjal (sebagian besar) berupa peningkatan ureum dan kreatinin.
- Gejala pada unggas :
- Jengger berwarna biru
- Borok di kaki
- Kematian mendadak
- Tanda dan gejala lain pada anak :
- Nafas terengah-engah
- Kulit menjadi kehitaman/keabuan
- Malas minum
- Muntah-muntah
- Tidak bisa bangun dan berinteraksi dengan baik
- Tidak mau disentuh
- Terkadang gejala hilang tetapi demam dan batuk masih ada
D. Patofisiologi
Virus influensa A suptipe H5N1 masuk kedalam tubuh manusia karena adanya kontak dengan unggas atau produk (lendir, kotoran, darah dan lain sebagainya) yang terinfeksi virus flu burung infekai virus masuk ke dalam saluran pernafasan, dan terjadilah replikasii virus sangat cepat.
Baca Juga: Konsep Askep Komunitas Nanda Nic Noc
Terjadinya replikasi virus yang cepat merangsang pembentukan sitokinin termasuk IL-I, IL-6 TNF Alfa yang kemudian masuk sirkulasi sistemik yang menimbulkan gejala demam, malaise, myalgia dan sebagainya. Seseorang yang mengalami penurunan daya tahan tubuh maka virus masuk sirkulasi darah sistemik dan organ tubuh lain.
Pembentukan sitokinin akibat replikasi virus tersebut juga akan merusak jaringan paru yang luas dan berat yang bisa menyebabkan pneumonia intertitial.
Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi dan edema intraalveolar, pembentukan hyalin dan fibroblas sel radang akan memproduksi banyak sel mediator peradangan, keadaan ini akan menyebabkan difusi oksigen terganggu, terjadilah hipoksia/anoksia yang dapat merusak organ lain, keadaan ini bisa terjadi dengan cepat yang dapat mengakibatkan kematian secara mendadak karena proses yang irreveraible (Tamher, 2009, p. 6)
E. Pathway
(Sumber: Nurarif, 2015, p. 7)
|
F. Klasifikasi
Virus influenza termasuk dalam family orthomyxoviruses yang terdiridari tiga tipe yaitu:
Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan penyakit flu burung adalah pneumonia, gagal napas dan dapat menimbulkan ARDS. (Pohan, 2014, p. 721)
Virus influenza termasuk dalam family orthomyxoviruses yang terdiridari tiga tipe yaitu:
- Virus influenza tipe B dan C dapat menyebabkan penyakit pada manusia dengan gejala yang ringandan tidak fatal sehingga tidak terlalu menjadi masalah.
- Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtype berdasarkan petanda berupa tonjolan protein pada permukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus influenza A yaitu protein hemaglutinin dilambangkan dengan H dan protein neuramidase dilambangkan dengan N. (Pohan, 2014, p. 721)
Penderita Konfirm H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya penyakit (MOPH Thailand, 2005)
- Derajat I : Penderita tanpa Pneumonia
- Derajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal Nafas
- Derajat III : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas
- Derajat IV : Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF)
Komplikasi yang ditimbulkan penyakit flu burung adalah pneumonia, gagal napas dan dapat menimbulkan ARDS. (Pohan, 2014, p. 721)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah
untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.
Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
Uji Serologi :
1) Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7
hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
2) Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai
hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
3) Uji penapisan
Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.
ELISA untuk mendeteksi H5N1
.
2. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
3. Pemeriksaan Kimia darah
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin,
peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal.
Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
4. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
5. Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.
1. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah
untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.
Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
Uji Serologi :
1) Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7
hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
2) Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai
hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
3) Uji penapisan
Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.
ELISA untuk mendeteksi H5N1
.
2. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
3. Pemeriksaan Kimia darah
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin,
peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal.
Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
4. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
5. Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.
H. PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkataan daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic,
perawatan respirasi, anti inflamasi, imunomodulators.
Untuk penatalaksanaan umum dapat dilakukan pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan dan di rumah sakit rujukan flu burung.
1. Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung diantaranya adalah :
Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan
flu burung.
tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring, dimodifikasi dari hasil
pertemuan workshop “Case Management” & pengembangan laboratorium regional Avian Influenza.
Skor
Gejala 1 2
Demam < 380C > 380C
RR N > N
Ronki Tidak ada Ada
Leukopenia Tidak ada Ada
Kontak Tidak ada Ada
Jumlah
Skor :
6 – 7 = evaluasi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan oseltamivir
> 7 = diberi oseltamivir.
Batasan Frekuensi Napas :
< 2bl = > 60x/menit
2bl - <12 bl = > 50x/menit
>1 th - <5 th = > 40x/menit
5 th - 12 th = > 30x/menit
>13 = > 20x/menit
Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien dianggap sebagai leukopeni (skor = 2)
2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan
Pasien Suspek H5N1, probabel, dan konfirmasi dirawat di ruang isolasi.
Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke ruang pemeriksaan.
Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan APD dan melakukan kewaspadaan standar
Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia) diulang setiap hari sedangkan HI diulang pada hari kelima dan
pada waktu pasien pulang.
Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.
Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap lima hari.
Penatalaksanaan di ruang rawat inap Klinis
1. Perhatikan :
Keadaan umum
- Kesadaran
Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).
Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse oxymetry.
2. Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.
Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat :
a) Penghambat M2 : a. Amantadin (symadine), b. Rimantidin (flu madine). Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB
selama 3-5 hari.
b) Penghambatan neuramidase (WHO) : a. Zanamivir (relenza), b. Oseltamivir (tami flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1
minggu.
G. Pencegahan
Pengendalian adalah aspek yang sangat penting dalam pencegahan transmisi walaupun belum ada bukti sahih adanya penularan dari manusia ke
manusia yang berkelanjutan. Pencegahan transmisi dilakukan dengan melakukan perawatan isolasi dan perawatan pengendalian infeksi secara
ketat menggunakan alat perlindungan personal dan metode kewaspadaan isolasi yang baik. Selain kewaspadaan standar (cuci tangan, sarung
tangan, penggunaan bahan dekontaminan/desinfektan) perlu dilakukan pula kewaspadaan berdasar transmisi sesuai cara penularan (kontak,
droplet & airborne). Penanganan limbah juga bagian yang sangat penting untuk pencegahan penularan. Adapun pencegahannya baik pada hewan
ataupun pada manuasia :
a. Pada Unggas
1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
2. Vaksinasi pada unggas yang sehat
b. Pada Manusia :
1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang)
a) Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
b) Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu burung.
c) Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
d) Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
e) Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
2. Masyarakat umum
a) Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
b) Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
- Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
- Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640C selama 4,5
menit.
Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkataan daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic,
perawatan respirasi, anti inflamasi, imunomodulators.
Untuk penatalaksanaan umum dapat dilakukan pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan dan di rumah sakit rujukan flu burung.
1. Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung diantaranya adalah :
Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan
flu burung.
Baca Juga: ASKEP SARS Nanda Nic Noc Terbaru Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan oseltamivir sesuai skoring di bawah ini, sementara pada puskesmas yang
tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring, dimodifikasi dari hasil
pertemuan workshop “Case Management” & pengembangan laboratorium regional Avian Influenza.
Skor
Gejala 1 2
Demam < 380C > 380C
RR N > N
Ronki Tidak ada Ada
Leukopenia Tidak ada Ada
Kontak Tidak ada Ada
Jumlah
Skor :
6 – 7 = evaluasi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan oseltamivir
> 7 = diberi oseltamivir.
Batasan Frekuensi Napas :
< 2bl = > 60x/menit
2bl - <12 bl = > 50x/menit
>1 th - <5 th = > 40x/menit
5 th - 12 th = > 30x/menit
>13 = > 20x/menit
Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien dianggap sebagai leukopeni (skor = 2)
2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan
Pasien Suspek H5N1, probabel, dan konfirmasi dirawat di ruang isolasi.
Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke ruang pemeriksaan.
Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan APD dan melakukan kewaspadaan standar
Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia) diulang setiap hari sedangkan HI diulang pada hari kelima dan
pada waktu pasien pulang.
Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.
Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap lima hari.
Penatalaksanaan di ruang rawat inap Klinis
1. Perhatikan :
Keadaan umum
- Kesadaran
Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).
Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse oxymetry.
2. Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.
Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat :
a) Penghambat M2 : a. Amantadin (symadine), b. Rimantidin (flu madine). Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB
selama 3-5 hari.
b) Penghambatan neuramidase (WHO) : a. Zanamivir (relenza), b. Oseltamivir (tami flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1
minggu.
G. Pencegahan
Pengendalian adalah aspek yang sangat penting dalam pencegahan transmisi walaupun belum ada bukti sahih adanya penularan dari manusia ke
manusia yang berkelanjutan. Pencegahan transmisi dilakukan dengan melakukan perawatan isolasi dan perawatan pengendalian infeksi secara
ketat menggunakan alat perlindungan personal dan metode kewaspadaan isolasi yang baik. Selain kewaspadaan standar (cuci tangan, sarung
tangan, penggunaan bahan dekontaminan/desinfektan) perlu dilakukan pula kewaspadaan berdasar transmisi sesuai cara penularan (kontak,
droplet & airborne). Penanganan limbah juga bagian yang sangat penting untuk pencegahan penularan. Adapun pencegahannya baik pada hewan
ataupun pada manuasia :
a. Pada Unggas
1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
2. Vaksinasi pada unggas yang sehat
b. Pada Manusia :
1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang)
a) Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
b) Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu burung.
c) Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
d) Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
e) Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
2. Masyarakat umum
a) Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
b) Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
- Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
- Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640C selama 4,5
menit.
Asuhan Keperawatan Flu Burung
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Data yang mungkin ditemukan demam (suhu> 37oC), sesak napas, sakit tenggorokan, batuk, pilek, diare
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah ada riwayat sakit paru-paru atau tidak.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
5. Riwayat perjalanan
Dalam waktu 7 hari sebelumnya apakah melakukan kunjungan ke daerah atau bertempat tinggal di wilayah yang terjangkit flu burung,
mengkonsumsi unggas sakit, kontak dengan unggas / orang yang positif flu burung.
6. Kondisi lingkungan rumah
Dekat dengan pemeliharaan unggas dan memelihara unggas.
7. Pola fungsi keperawatan
Aktivitas istirahat: lelah, tidak bertenaga.
Sirkulasi: sirkulasi O2 < 95%, sianosis, • Eliminasi: diare, bising usus hiperaktif, karakteristik feces encer, defekasi > 3x/hari.
Nyeri atau ketidaknyamanan: nyeri otot, sakit pada mata, konjungtivitis.
Respirasi: sesak napas, ronchi, penggunaan otot bantu napas, takipnea, RR > 20x/menit, batuk berdahak.
Kulit: tidak terjadi infeksi pada sistem integument.
Psikososial: gelisah, cemas.
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Data yang mungkin ditemukan demam (suhu> 37oC), sesak napas, sakit tenggorokan, batuk, pilek, diare
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah ada riwayat sakit paru-paru atau tidak.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
5. Riwayat perjalanan
Dalam waktu 7 hari sebelumnya apakah melakukan kunjungan ke daerah atau bertempat tinggal di wilayah yang terjangkit flu burung,
mengkonsumsi unggas sakit, kontak dengan unggas / orang yang positif flu burung.
6. Kondisi lingkungan rumah
Dekat dengan pemeliharaan unggas dan memelihara unggas.
7. Pola fungsi keperawatan
Aktivitas istirahat: lelah, tidak bertenaga.
Sirkulasi: sirkulasi O2 < 95%, sianosis, • Eliminasi: diare, bising usus hiperaktif, karakteristik feces encer, defekasi > 3x/hari.
Nyeri atau ketidaknyamanan: nyeri otot, sakit pada mata, konjungtivitis.
Respirasi: sesak napas, ronchi, penggunaan otot bantu napas, takipnea, RR > 20x/menit, batuk berdahak.
Kulit: tidak terjadi infeksi pada sistem integument.
Psikososial: gelisah, cemas.
0 Response to "Askep Flu Burung Nanda Nic Noc Terbaru"
Post a Comment