Askep Lansia dengan Diabetes Melitus Nanda Nic Noc
Diabetes melitus (DM) atau kencing manis adalah kondisi kronis dan berlangsung seumur hidup yang memengaruhi kemampuan tubuh dalam menggunakan energi dari makanan yang telah dicerna.
Ada dua jenis utama dari penyakit ini: Diabetes melitus Tipe 1 dan diabetes melitus Tipe 2. Sebanyak 350 juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit diabetes ini. Sekitar 3-4 juta orang meninggal karena kadar gula darah yang tinggi pada 2004.
Lebih dari 80 persen kematian akibat penyakit diabetes terjadi di negara dengan tingkat penghasilan menengah dan rendah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kematian akibat DM akan meningkat dua kali lipat selama periode 2005 – 2030.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penuaan atau bertambah tua adalah suatu kondisi yang terjadi dalam kehidupan manusia. Proses penuaan adalah siklus hidup yang ditandai oleh tahapan penurunan berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan kerentanan tubuh terhadap berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Misalnya dalam sistem kardiovaskular dan pembuluh darah, pernapasan, pencernaan , endokrin dan lainnya. Ini karena bertambahnya usia yang mengakibatkan perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, dan sistem organ.
Pada usia tua terjadi perubahan anatomis-fisiologis dan penyakit pada sistem endokrin juga dapat timbul, terutama diabetes mellitus. Perubahan-perubahan ini umumnya mempengaruhi penurunan kesehatan fisik dan psikologis yang pada gilirannya akan mempengaruhi lansia ekonomi dan sosial.
Sehingga secara umum itu akan mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari (Fatmah, 2010). Harapan hidup lansia di Indonesia meningkat karena pengaruh status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang meningkat sehingga populasi lansia juga meningkat.
DM sering terjadi pada orang tua. Di antara individu berusia> 65 tahun, 8,6% menderita DM tipe II. Angka ini termasuk 15% dari populasi di rumah lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International Diabetics Federation mengatakan bahwa ada sekitar 230 juta pasien DM.
Jumlah ini terus tumbuh menjadi 3% atau sekitar 7 juta orang setiap tahun. Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan mencapai 350 juta pada tahun 2025 dan setengah dari jumlah itu adalah di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Tandra, 2007).
Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus menderita dari usia 45-64 tahun, terdiri dari 4.438 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung pada Insulin) atau DM tipe 1 dan 24.420 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung pada Insulin) atau tipe 2.
DM saat berusia> 65 tahun ada 11.212 kasus DM, terdiri dari 3.820 DMTI (Diabetes Melitus Tergantung pada Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung pada Insulin) atau DM tipe 2 (Profil Kesehatan Kota Semarang, 2010 ).
Diabetes mellitus pada lansia umumnya merupakan jenis diabetes yang tidak tergantung insulin (NIDDM). Prevalensi diabetes mellitus meningkat pada orang tua. Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang karena meningkatnya kesejahteraan di negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup, terutama di kota-kota besar yang menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif.
Hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis di puskesmas tanjung rejo di desa percut di kecamatan Deli Serdang pada tahun 2015 ada 16 orang berusia> 45 tahun dan orang lanjut usia yang menderita diabetes mellitus di wilayah kerja desa puskesmas tanjung rejo di desa Percut dengan 14 pasien.
Sehubungan dengan data di atas, penulis tertarik untuk mengetahui tentang manajemen keluarga dengan memberikan asuhan keperawatan gerontik untuk "Asuhan Keperawatan untuk Gangguan Sistem Endokrin Gerontik dengan Diabetes Mellitus Di Ny. Di Desa Dusun X Percut, Percut, Sei Tuan, Kabupaten Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang" .
1.2. Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
- Siswa dapat memberikan asuhan keperawatan kepada lansia secara profesional menggunakan pendekatan proses keperawatan.
b. Tujuan khusus
Setelah mengunjungi rumah keluarga lansia, siswa dapat:
1. Melakukan studi keperawatan keluarga gerontik di Ny. Dengan diabetes mellitus.
2. Menganalisis masalah kesehatan keluarga Mrs. S. dengan diabetes mellitus.
3. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan keluarga Ny.S dengan diabetes mellitus.
4. Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan, penyembuhan dan pemulihan berdasarkan masalah yang dialami oleh keluarga Ny.S dengan diabetes mellitus.
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada keluarga Ny.S dengan diabetes mellitus.
1.3. Cakupan
Ruang lingkup laporan ini adalah bahwa 15 keluarga dicatat, dan penulis hanya mengambil 3 keluarga dampingan dan 1 keluarga gerontik untuk menjadi kasus manajemen, yaitu Mrs. S. dengan masalah: kerusakan integritas kulit yang terkait dengan gangguan metabolisme.
1.4. Metode penulisan
Dalam menulis laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang menggunakan teknik:
1. Wawancara
Diperoleh langsung dari pasien dengan metode tanya jawab kepada keluarga Ny.S tentang diabetes mellitus.
2. Pengamatan
Pengamatan dan keterlibatan langsung kondisi pasien dalam penerapan asuhan keperawatan gerontik dengan melakukan pemeriksaan fisik dan memeriksa tanda-tanda vital.
3. Studi kepustakaan
Mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan keperawatan gerontik yaitu buku ajar keperawatan gerontik, ilmu pengantar komunitas pengantar dan teori buku, aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep medis lansia2.1.1. Definisi lansia
Penuaan adalah situasi yang terjadi dalam kehidupan manusia. Proses penuaan adalah proses seumur hidup yang hanya dimulai dari satu waktu tertentu, dimulai dari awal kehidupan.
Penuaan adalah proses alami, yang berarti seseorang telah melalui tiga kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua. Ketiganya berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Mulai usia tua, perubahan kemunduran.
Contoh kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit kendur, rambut yang mulai memutih, gigi mulai ompong, pendengaran tidak jelas, penglihatan memburuk, gerakan meningkat, dan postur tidak profesional (Nugroho, 2008).
2.1.2. Menyebabkan penuaan pada orang tua
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses penuaan. Pada dasarnya, berbagai faktor ini dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, penurunan kadar hormon, proses glikosilasi, penurunan sistem kekebalan tubuh dan faktor genetik.
Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, pola makan yang tidak sehat, kebiasaan gaya hidup yang salah, paparan lingkungan dan sinar ultraviolet, stres dan penyebab sosial lainnya seperti kemiskinan. Faktor-faktor kedua ini saling terkait dan memainkan peran besar dalam proses penuaan (Uchil Nissa, 2014).
2.1.3. Perubahan pada orang tua dalam sistem endokrin
Sekitar 50% orang lanjut usia menunjukkan intoleransi, dengan kadar gula puasa normal. Penyebab intoleransi adalah diet, obesitas, olahraga berkurang, dan penuaan. Frekuensi hipertiroidisme pada lansia adalah 25%, sekitar 75% di antaranya memiliki gejala, dan sebagian besar menunjukkan "tirotoksikosis apatis".
Berikut ini adalah perubahan yang terjadi dalam sistem endokrin karena proses penuaan:
Diabetes mellitus adalah "kelainan metabolisme yang melibatkan berbagai sistem fisiologis, yang paling kritis adalah metabolisme glukosa." Fungsi vaskular, ginjal, neurologis dan visual pada diabetisi dapat terganggu oleh proses penyakit ini, meskipun perubahan ini terjadi pada jaringan yang tidak memerlukan insulin untuk berfungsi (Stanley, Mickey, 2006).
Beberapa kondisi dapat mempengaruhi seseorang terhadap diabetes, walaupun ada dua tipe yang dominan. Diabetes mellitus tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)), atau diabetes tipe I, terjadi ketika seseorang tidak dapat memproduksi endigen insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Jenis diabetes ini terutama dialami oleh orang yang lebih muda. Diabetes mellitus tidak tergantung pada insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk paling umum dari penyakit ini.
Antara 85-90% orang dengan diabetes memiliki jenis NIDDM, yang lebih erat terkait dengan obesitas daripada dengan ketidakmampuan untuk memproduksi insulin (Stanley, Mickey, 2006).
NIDDM, bentuk penyakit paling umum di kalangan manula, adalah ancaman serius bagi kesehatan karena beberapa alasan. Pertama, komplikasi kronis yang dialami sehubungan dengan penglihatan, sirkulasi, fungsi neurologis, dan kemih dapat semakin menambah beban pada sistem tubuh yang telah menurun karena penuaan.
Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar non-ketotik, komplikasi diabetes yang mengancam jiwa termasuk hiperglikemia, peningkatan osmolalitas serum, dan dehidrasi, yang lebih sering terjadi pada orang tua (Stanley, Mickey, 2006).
- Meningkatkan kadar glukosa darah. Implikasinya adalah bahwa glukosa darah puasa 140 mg / dL dianggap normal.
- Ambang ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasinya adalah kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg / dL dianggap normal.
- 7Residu urin dalam kandung kemih meningkat. Implikasinya adalah pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.
- Kelenjar tiroid lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun, dan waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasinya adalah serum T3 dan T4 tetap stabil.
Diabetes mellitus adalah "kelainan metabolisme yang melibatkan berbagai sistem fisiologis, yang paling kritis adalah metabolisme glukosa." Fungsi vaskular, ginjal, neurologis dan visual pada diabetisi dapat terganggu oleh proses penyakit ini, meskipun perubahan ini terjadi pada jaringan yang tidak memerlukan insulin untuk berfungsi (Stanley, Mickey, 2006).
Beberapa kondisi dapat mempengaruhi seseorang terhadap diabetes, walaupun ada dua tipe yang dominan. Diabetes mellitus tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)), atau diabetes tipe I, terjadi ketika seseorang tidak dapat memproduksi endigen insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Jenis diabetes ini terutama dialami oleh orang yang lebih muda. Diabetes mellitus tidak tergantung pada insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk paling umum dari penyakit ini.
Antara 85-90% orang dengan diabetes memiliki jenis NIDDM, yang lebih erat terkait dengan obesitas daripada dengan ketidakmampuan untuk memproduksi insulin (Stanley, Mickey, 2006).
NIDDM, bentuk penyakit paling umum di kalangan manula, adalah ancaman serius bagi kesehatan karena beberapa alasan. Pertama, komplikasi kronis yang dialami sehubungan dengan penglihatan, sirkulasi, fungsi neurologis, dan kemih dapat semakin menambah beban pada sistem tubuh yang telah menurun karena penuaan.
Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar non-ketotik, komplikasi diabetes yang mengancam jiwa termasuk hiperglikemia, peningkatan osmolalitas serum, dan dehidrasi, yang lebih sering terjadi pada orang tua (Stanley, Mickey, 2006).
2.1.5. Karakteristik diabetes mellitus pada lansia
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat sekresi insulin abnormal, aksi insulin atau sejenisnya.
Baca Juga: Askep Lansia dengan Demensia Nanda Nic NocGlukosa tersusun dalam hati dari makanan yang dikonsumsi dan bersirkulasi secara normal dalam jumlah tertentu dalam darah. Insulin adalah hormon yang digunakan oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol kadar darah dengan produksi dan penyimpanannya (American Diabetes Association, 2004 dalam Smeltzer & Bare, 2008).
DM tipe 1 dan DM tipe 2 dan tipe 2. DM DM tipe 1 disebabkan oleh insulin dari proses autoimun, sedangkan DM tipe 2 adalah kasus terbanyak (90-95% dari semua kasus diabetes) dimulai dengan resistensi insulin (American Council on Latihan, 2001; Smeltzer & Bare, 2008).
DM tipe 2 lambat dan progresif, sehingga tidak dipertanyakan karena mengandung pasien, seperti iritabilitas, poliuria, polidipsia, dan luka lama sembuh (Smeltzer & Bare, 2008).
2.1.6. Pencegahan Diabetes Melitus pada Lansia
1. Pencegahan primer
Pendidikan tentang kebutuhan makanan mungkin diperlukan. Rencana makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% protein, dan 75% karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes.
Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah aterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin (Stanley, Mickey, 2006).
Olahraga juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Berjalan atau berenang, dua kegiatan berdampak rendah, merupakan awal yang baik untuk pemula.
2. Pencegahan sekunder
a. Penyaringan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen skrining, tetapi hasil negatif pada gejala ringan lainnya tidak dapat dianggap sebagai kesimpulan.
Tes toleransi glukosa oral umumnya dianggap lebih sensitif dan indikator yang dapat diandalkan kadar glukosa darah puasa dan harus dilakukan untuk menentukan diagnosis awal dan pengobatan NIDDM (Stanley, Mickey, 2006).
b. Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam perencanaan makanan dapat mengambil kesempatan untuk mendidik klien tentang prinsip umum nutrisi yang baik.
Perawat dapat mengajar klien tentang membaca label untuk menghindari asupan harian, memilih sumber makanan rendah kolesterol, dan termasuk serat yang cukup dalam makanan mereka (Stanley, Mickey, 2006).
c. Olah raga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi.
Meskipun berenang dan jalan cepat telah dinyatakan sebagai pilihan yang sangat baik untuk lansia dengan NIDDM, jenis kegiatan lainnya sama-sama bermanfaat. Secara khusus, aerobik menawarkan manfaat paling besar. Seseorang dengan NIDDM harus melakukan latihan setidaknya sekali setiap 3 hari (Stanley, Mickey, 2006).
d. Pengobatan
Jika intervensi sebelumnya belum berhasil dalam memodifikasi kadar dan gejala gula darah, terapi agen oral dan insulin akan diperlukan untuk meningkatkan pasokan tubuh (Stanley, Mickey, 2006).
1. Pencegahan primer
Pendidikan tentang kebutuhan makanan mungkin diperlukan. Rencana makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% protein, dan 75% karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes.
Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah aterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin (Stanley, Mickey, 2006).
Olahraga juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Berjalan atau berenang, dua kegiatan berdampak rendah, merupakan awal yang baik untuk pemula.
2. Pencegahan sekunder
a. Penyaringan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen skrining, tetapi hasil negatif pada gejala ringan lainnya tidak dapat dianggap sebagai kesimpulan.
Tes toleransi glukosa oral umumnya dianggap lebih sensitif dan indikator yang dapat diandalkan kadar glukosa darah puasa dan harus dilakukan untuk menentukan diagnosis awal dan pengobatan NIDDM (Stanley, Mickey, 2006).
b. Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam perencanaan makanan dapat mengambil kesempatan untuk mendidik klien tentang prinsip umum nutrisi yang baik.
Perawat dapat mengajar klien tentang membaca label untuk menghindari asupan harian, memilih sumber makanan rendah kolesterol, dan termasuk serat yang cukup dalam makanan mereka (Stanley, Mickey, 2006).
c. Olah raga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi.
Meskipun berenang dan jalan cepat telah dinyatakan sebagai pilihan yang sangat baik untuk lansia dengan NIDDM, jenis kegiatan lainnya sama-sama bermanfaat. Secara khusus, aerobik menawarkan manfaat paling besar. Seseorang dengan NIDDM harus melakukan latihan setidaknya sekali setiap 3 hari (Stanley, Mickey, 2006).
d. Pengobatan
Jika intervensi sebelumnya belum berhasil dalam memodifikasi kadar dan gejala gula darah, terapi agen oral dan insulin akan diperlukan untuk meningkatkan pasokan tubuh (Stanley, Mickey, 2006).
2.2. Konsep keperawatan gerontik
2.2.1. PenilaianTujuan:
1. Tentukan kemampuan klien untuk merawat diri mereka sendiri.
2. Menyelesaikan dasar-dasar rencana perawatan individu.
3. Membantu menghindari bentuk dan penunjukan klien.
4. Beri waktu klien untuk menjawab.
Termasuk aspek gerontik:
1. Fisik
1.1. Wawancara
a. Pandangan para lansia tentang kesehatan.
b. Aktivitas yang mampu dilakukan usia lanjut.
c. Kebiasaan manula merawat diri mereka sendiri.
d. Kekuatan fisik lansia: otot, persendian, penglihatan dan pendengaran.
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar.
f. Latihan / latihan / kebiasaan olahraga lansia.
g. Perubahan fungsi tubuh yang sangat signifikan sangat terasa.
h. Kebiasaan lansia dalam menjaga kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat.
saya. Masalah seksual itu sudah dirasakan.
1.2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan dilakukan dengan inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi untuk menentukan perubahan sistem tubuh.
b. Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik, yaitu: Head to toe.
1.3. Psikologis
a. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b. Apakah dia merasa dibutuhkan atau tidak.
c. Optimis melihat kehidupan.
d. Cara mengatasi stres yang dialami.
e. Apakah mudah untuk menyesuaikan.
f. Apakah lansia sering gagal.
g. Apa harapan masa kini dan masa depan?
h. Penting juga untuk memeriksa fungsi kognitif: ingatan, proses berpikir, perasaan alami, orientasi, dan kemampuan untuk memecahkan masalah.
1.4. Ekonomi sosial
a. Dari mana sumber daya keuangan lansia berasal
b. Apa kesibukan para lansia di waktu senggang mereka.
c. Dengan siapa dia tinggal.
d. Apa kegiatan organisasi pada lansia.
e. Bagaimana cara lansia memandang lingkungannya?
f. Seberapa sering lansia terkait dengan orang lain di luar rumah.
g. Siapa pun yang dapat mengunjungi.
h. Berapa banyak ketergantungan.
saya. Bisakah Anda menyalurkan hobi atau keinginan Anda dengan fasilitas yang ada?
1.5. Rohani
a. Lakukan ibadah rutin sesuai dengan kepercayaan agama mereka.
b. Secara teratur berpartisipasi atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, seperti studi dan bantuan anak yatim atau orang miskin.
c. Bagaimana orang tua bisa menyelesaikan masalah dengan berdoa.
d. Apakah lansia terlihat tabah dan percaya.
2.2.2. Diagnosis keperawatan
1. Aspek fisik atau biologis
a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang terkait dengan tidak dapat masuk, masuk, mencerna, menyerap makanan karena faktor biologis.
b. Gangguan tidur dikaitkan dengan insomnia untuk waktu yang lama, bangun lebih awal atau bangun terlambat dan penurunan kemampuan untuk berfungsi ditandai dengan perubahan pola tidur dan kecemasan yang menua.
c. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskuler yang ditandai dengan waktu yang diperlukan untuk pergi ke toilet setelah waktu yang lama untuk menahan kandung kemih dan tidak mampu mengendalikan pengosongan.
d. Gangguan proses berpikir terkait dengan kerusakan atau kerusakan pada memori sekunder.
e. Terkait seksual dengan perubahan struktur / fungsi tubuh yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
f. Kelemahan dalam mobilitas fisik dikaitkan dengan kerusakan muskuloskeletal dan neuromular.
g. Kelelahan dikaitkan dengan kondisi fisik yang kurang.
h. Risiko kerusakan integritas kulit.
saya. Kerusakan memori yang terkait dengan gangguan neurologis.
(NANDA, 2006)
2. Aspek psikososial
a. Coping yang tidak efektif dikaitkan dengan kepercayaan yang tidak memadai dalam kemampuan coping, dukungan sosial yang tidak memadai yang terbentuk dari karakteristik atau hubungan.
b. Keterasingan sosial terkait dengan perubahan penampilan fisik, perubahan kesejahteraan, perubahan status mental.
c. Gangguan harga diri terkait dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh, dan fungsi seksual.
d. Kecemasan terkait dengan perubahan status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
e. Risiko kesendirian.
(NANDA, 2006)
3. Aspek spiritual
Tekanan spiritual terkait dengan perubahan hidup, kematian atau kematian diri sendiri atau orang lain, kecemasan, keterasingan, kesendirian atau isolasi sosial, kurang sosiokultural (NANDA, 2006).
1. Aspek fisik atau biologis
a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang terkait dengan tidak dapat masuk, masuk, mencerna, menyerap makanan karena faktor biologis.
b. Gangguan tidur dikaitkan dengan insomnia untuk waktu yang lama, bangun lebih awal atau bangun terlambat dan penurunan kemampuan untuk berfungsi ditandai dengan perubahan pola tidur dan kecemasan yang menua.
c. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskuler yang ditandai dengan waktu yang diperlukan untuk pergi ke toilet setelah waktu yang lama untuk menahan kandung kemih dan tidak mampu mengendalikan pengosongan.
d. Gangguan proses berpikir terkait dengan kerusakan atau kerusakan pada memori sekunder.
e. Terkait seksual dengan perubahan struktur / fungsi tubuh yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
f. Kelemahan dalam mobilitas fisik dikaitkan dengan kerusakan muskuloskeletal dan neuromular.
g. Kelelahan dikaitkan dengan kondisi fisik yang kurang.
h. Risiko kerusakan integritas kulit.
saya. Kerusakan memori yang terkait dengan gangguan neurologis.
(NANDA, 2006)
2. Aspek psikososial
a. Coping yang tidak efektif dikaitkan dengan kepercayaan yang tidak memadai dalam kemampuan coping, dukungan sosial yang tidak memadai yang terbentuk dari karakteristik atau hubungan.
b. Keterasingan sosial terkait dengan perubahan penampilan fisik, perubahan kesejahteraan, perubahan status mental.
c. Gangguan harga diri terkait dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh, dan fungsi seksual.
d. Kecemasan terkait dengan perubahan status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
e. Risiko kesendirian.
(NANDA, 2006)
3. Aspek spiritual
Tekanan spiritual terkait dengan perubahan hidup, kematian atau kematian diri sendiri atau orang lain, kecemasan, keterasingan, kesendirian atau isolasi sosial, kurang sosiokultural (NANDA, 2006).
2.2.3. Intervensi keperawatan (NANDA, 2006)
No.
|
Diagnosa keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
Aspek fisik atau biologis
|
|||
1.
|
Ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan, memasukan,
mencerna, mengabsorbsi makanan karena factor biologi.
|
Status nutrisi
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3x24 jam pasien diharapkan mampu:
Asupan nutrisi tidak
bermasalah
Asupan makanan dan cairan
tidak bermasalah
Energy tdak bermasalah
Berat badan ideal
|
Manajemen ketidakteraturan
makan (eating disorder management)
Kolaborasi dengan anggota
tim kesehatan untuk memuat perencanaan perawatan jika sesuai.
Diskusikan dengan tim dan
pasien untuk membuat target berat badann, jika berat badan pasien tdak sesuia
dengan usia dan bentuk tubuh.
Diskusikan dengan ahli gizi
untuk menentukan asupan kalori setiap hari supaya mencapai dan atau
mempertahankan berat badan sesuai target.
Ajarkan dan kuatkan konsep
nutrisi yang baik pada pasien
Kembangkan hubungan suportif
dengna pasien.
Dorong pasien untuk
memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan kenaikan atau pemeliharaan
berat badan.
Gunakan teknik modifikasi
tingkah laku untuk meningkatkan berat badan dan untuk menimimalkan berat
badan.
Berikan pujian atas
peningkatan berat badan dan tingkah laku yang mendukung peningkatan berat
badan.
|
2.
|
Gangguan pola tidur
berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun lebih awal atau
terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai dengan penuaan
perubahan pola tidur dan cemas.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam pasien diharapkan dapat memperbaiki pola tidurnya
dengan kriteria :
Mengatur jumlah jam tidurnya
Tidur secara rutin
Miningkatkan pola tidur
Meningkatkan kualitas tidur
Tidak ada gangguan tidur
|
Peningkatan tidur
Tetapkan pola kegiatan dan
tidur pasien.
Monitor pola tidur pasien
dan jumlah jam tidurnya.
Jelaskan pentingnya tidur
selama sakit dan stress fisik.
Bantu pasien untuk
menghilangkan situasi stress sebelum jam tidurnya.
|
3.
|
Inkontinensia urin
fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular yang ditandai dengan
waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk menahan pengosongan
bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.
|
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu :
Kontinensia urin
Merespon dengan cepat
keinginan buang air kecil (BAK)
Mampu mencapai toilet dan
mengeluarkan urin secara tepat waktu
Mengosongkan bladder dengan
lengkap
Mampu memprediksi
pengeluaran urin
|
Perawatan inkontinensia urin
Monitor eliminasi urin.
Bantu klien mengembangkan
sensasi keinginan BAK.
Modifikasi baju dan
lingkungan untuk memudahkan klien ke toilet.
Instruksikan pasien untuk
mengonsumsi air minum sebanyak 1500 cc/hari.
|
4.
|
Gangguan proses berpikir
berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan memori sekunder.
|
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 2x24 jam pasien diharapkan dapat meningkatkan daya ingat
dengan kriteria :
Mengingat dengan segera
informasi yang tepat
Mengingat inormasi yang baru
saja disampaikan
Mengingat informasi yang
sudah lalu
|
Latihan daya ingat
Diskusi dengan pasien dan
keluarga beberapa masalah ingatan.
Rangsang ingatan dengan
mengulang pemikiran pasien kemarin dengan cepat.
Mengenangkan tentang
pengalaman di masalalu dengan pasien.
|
5.
|
Seksual berhubungan dengan perubahan
struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan
seksual.
|
Fungsi seksual
Mengekspresikan kenyamanan
Mengekspresikan kepercayaan
diri
|
Konseling seksual
Bantu pasien untuk
mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual seiring dengan
bertambahnya usia.
Diskusikan beberapa pilihan
agar dicapai kenyamanan.
|
6.
|
Kelemahan mobilitas fisik
berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan neuromular.
|
Level mobilitas (mobility
level)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat :
Memposisikan penampilan
tubuh
Ambulasi : berjalan
Menggerakan otot
Menyambung
gerakan/mengkolaborasikan gerakan
|
Latihan dengan terapi
gerakan (exercise therapy ambulation)
Kosultasi kepada pemberi
terapi fisik mengenai rencana gerakan yang sesuai dengan kebutuhan.
Dorong untuk bergerak secara
bebas namun masih dalam batas yang aman.
Gunakan alat bantu untuk
bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri (mudah goyah/tidak kokoh).
|
7.
|
Kelelahan berhubungan dengan
kondisi fisik kurang.
|
Activity tolerance
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat:
Memonitor usaha bernapas
dalam respon aktivitas
Melaporkan aktivitas harian
Memonitor ECG dalam batas
normal
Memonitor warna kulit
|
Energy management
Monitor intake nutrisi untuk
memastikan sumber energi yang adekuat.
Tentukan keterbatasan fisik
pasien.
Tentukan penyebab kelelahan.
Bantu pasien untuk jadwal
istirahat.
|
8.
|
Risiko kerusakan integritas
kulit
|
Kontrol risiko (risk
control)
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat :
Kontrol perubahan status
kesehatan
Gunakan support system
pribadi untuk mengontrol risiko
Mengenal perubahan status
kesehatan
Monitor factor risiko yang
berasal dari lingkungan
|
Penjagaan terhadap kulit
(skin surveillance)
Monitor area kulit yang
terlihat kemerahan dan adanya kerusakan.
Monitor kulit yang sering
mendapat tekanan dan gesekan.
Monitor warna kulit.
Monitor suhu kulit.
Periksa pakaian, jika
pakaian terlihat terlalu ketat.
|
9.
|
Kerusakan memori berhubungan
dengan gangguan neurologis.
|
Orientasi kognitif
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat :
Mengenal diri sendiri
Mengenal orang atau hal
penting
Mengenal tempatnya sekarang
Mengenal hari, bulan, dan
tahun dengan benar
|
Pelatihan memori (memory
training)
Stimulasi memory dengan
mengulangi pembicaraan secara jelas di akhir pertemuan dengan pasien.
Mengenang pengalaman masa
lalu dengan pasien.
Menyediakan gambar untuk
mengenal ingatannya kembali.
Monitor perilaku pasien
selama terapi.
|
Aspek psikososial
|
|||
1.
|
Koping tidak efektif
berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping,
dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan.
|
Koping (coping)
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3x24 jam pasien secara konsisten diharapkan mampu :
Mengidentifikasi pola koping
efektif
Mengedentifikasi pola koping
yang tidak efektif
Melaporkan penurunan stress
Memverbalkan control
perasaan
Memodifikasi gaya hidup yang
dibutuhkan
Beradaptasi dengan perubahan
perkembangan
Menggunakan dukungan social
yang tersedia
Melaporkan peningkatan
kenyamanan psikologis
|
Koping enhancement
Dorong aktifitas social dan
komunitas
Dorong pasien untuk
mengembangkan hubungan.
Dorong berhubungan dengan
seseorang yang memiliki tujuan dan ketertarikan yang sama.
Dukung pasein untuk
menguunakan mekanisme pertahanan yang sesuai.
Kenalkan pasien kepada
seseorang yang mempunyai latar belakang pengalaman yang sama.
|
2.
|
Isolasi social berhubungan
dengan perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan sejahtera, perubahan
status mental.
|
Lingkungan keluarga :
internal (family environment: interna)
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3x24 jam pasien secara konsisten diharapkan mampu :
Berpatisipasi dalam
aktifitas bersama
Berpatisipasi dalam tradisi
keluarga
Menerima kunjungan dari
teman dan anggota keluarga besar
Memberikan dukungan satu
sama lain
Mengekspresikan perasaan dan
masalah kepada yang lain.
Mendorong anggota keluarga
untuk tidak ketergantungan
Berpatisipasi dalam rekreasi
dan acara aktifitas komunitas
Memecahkan masalah
|
Keterlibatan keluarga
(family involvement)
Mengidentifikasikan
kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam perawatan pasien.
Menentukan sumber fisik,
psikososial dan pendidikan pemberi pelayanan kesehatan yang utama.
Mengidentifkasi deficit
perawatan diri pasien.
Menentukan tinggat
ketergantungan pasien terhadap keluarganya yang sesuai dengan umur atau
penyakitnya.
|
3.
|
Gangguan harga diri
berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan
fungsi seksual.
|
Setelah dilakukan tindakan
intervensi keperawatan selama 2x24 jam pasien diharapkan akan bisa
memperbaiki konsep diri dengan criteria :
Mengidentifikasi pola koping
terdahulu yang efektif dan pada saat ini tidak mungkin lagi digunakan akibat
penyakit dan penanganan (pemakaian alkohol dan obat-obatan; penggunaan tenaga
yang berlebihan)
Pasien dan keluarga
mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan reaksinya terhadap penyakit
dan perubahan hidup yang diperlukan
Mencari konseling profesional,
jika perlu, untuk menghadapi perubahan akibat penyakitnya
Melaporkan kepuasan dengan
metode ekspresi seksual
|
Peningkatan harga diri
Kuatkan rasa percaya diri
terhadap kemampuan pasien mengndalikan situasi.
Menguatkan tenaga pribadi
dalam mengenal dirinya.
Bantu pasien untuk memeriksa
kembali persepsi negative tentang dirinya.
|
4.
|
Cemas berhubungan
dengan perubahan dalam status peran,
status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
|
Anxiety control
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat:
Memonitor intensitas cemas
Melaporkan tidur yang
adekuat
Mengontrol respon cemas
Merencanakan strategi koping
dalam situasi stress
|
Anxiety reduction
Bantu pasien untuk
menidentifikasi situasi percepatan cemas.
Dampingi pasien untuk
mempromosikan kenyamanan dan mengurangi ketakutan.
Identifikasi ketika
perubahan level cemas.
Instuksikan pasien dalam
teknik relaksasi.
|
5.
|
Resiko kesendirian
|
Family Coping
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat:
Mendemontrasikan
fleksibelitas peran
Mengatur masalah
Menggunakan strategi
pengurangan stress
Menghadapi masalah
|
Family support
Bantu pekembangan harapan
yang realistis.
Identifikasi alami dukungan
spiritual bagi keluarga.
Berikan kepercayaan dalam
hubungan dengan keluarga.
Dengarkan untuk berhubungan
dengan keluarga, perasan dan pertanyaan.
|
6.
|
Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik (ketidakseimbangan
mobilitas) serta psikologis yang disebabkan penyakit atau terapi.
|
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 2x24 jam pasien diharapkan meningkatkan citra tubuhnya
dengan criteria :
Merasa puas dengan
penampilan tubuhnya
Merasa puas dengan fungsi
anggota badannya
Mendiskripsikan bagian tubuh
tambahan
|
Peningkatan citra tubuh
Bantu pasien untuk
mendiskusikan perubahan karena penyakit atau pembedahan.
Memutuskan apakah perubahan
fisik yang baru saja diterima dapat masuk dalam citra tubuh pasien.
Memudahkan hubungan dengan
individu lain yang mempunyai penyakit yang sama.
|
Aspek spiritual
|
|||
1.
|
Distress spiritual
berhubungan dengan peubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau orang
lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang
sosiokultural.
|
Pengharapan (hope)
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3x24 jam pasien secara luas diharapkan mampu :
Mengekspresikan orientasi
masa depan yang positif
Mengekspresikan arti
kehidupan
Mengekspresikan rasa optimis
Mengekspresikan perasaan
untuk mengontrol diri sendiri
Mengekspresikan kepercayaan
Mengekspresikan rasa percaya
pada diri sendiri dan orang lain
|
Penanaman harapan (hope
instillation)
Mengkaji pasian atau
keluarga untuk mengidentifikasi area pengharapan dalam hidup.
Melibatkan pasien secara
aktif dalam perawatan diri.
Mengajarkan keluarga tentang
aspek positif pengharapan.
|
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik, hal itu dilakukan di dusun X pada 7-11 Desember 2015, di mana penulis melakukan kunjungan rumah ke 15 kepala keluarga yang diamati dengan lansia berusia 55-65 tahun dan sebanyak 5 orang .Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik penulis melakukan pelayanan kesehatan hanya kepada Ny. S., sedangkan langkah-langkah untuk membuat asuhan keperawatan gerontik dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.1. Penilaian
3.1.1. Pengumpulan data
1. Identitas
Ibu 60 tahun, berjenis kelamin perempuan, menikah, Muslim, berkebangsaan Jawa dan Indonesia.
2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
Pak Z mengatakan bahwa karena diabetes ia tidak lagi bekerja, hanya Pak Z yang menjaga warung di samping rumahnya, pekerjaan sebelumnya adalah sebagai nelayan dan menjual hasil tangkapannya ke pasar.
Ny. S. bekerja sebagai petani dan membantu suaminya bertani di ladang. Penghasilan Ny.S tidak pasti dalam satu bulan, yaitu ± 350.000 / bulan. Dan anak satu-satunya kadang-kadang ingin memberikan uang ekstra kepada orang tuanya.
3. Lingkungan tempat kebersihan dan kerapian hidup
Rumah Tn.Z adalah rumah milik pribadi dengan ukuran sekitar 100 m2. Termasuk rumah permanen, dinding beton. Memiliki 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang makan, 1 dapur, 1 kamar mandi dan WC. Ketika ventilasi rumah dinilai, itu cukup 10% dari total bangunan dan lingkungan tampaknya kurang bersih, banyak rawa berventilasi dan jendela.
Keluarga mendapat air minum dari sumur pompa di rumah mereka. Kualitas airnya jernih dan tidak berbau. Keluarga selalu mendidihkan air sumur sampai mendidih. Pasokan air mencukupi untuk kebutuhan keluarga, jika pompa rusak keluarga mencoba membeli air minum.
Keluarga memiliki jamban mereka sendiri, pembuangan tinja melalui septic tank. Kebiasaan keluarga Mr. Z untuk memelihara jamban tidak dimanfaatkan dengan baik sehingga toilet menjadi tumpukan sampah, tidak dirawat dengan baik dan bau.
Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah dan biasanya keluarga membakar sampah di belakang rumah. Pengolahan air limbah keluarga yang buruk, dibuang ke selokan dan tersumbat karena membuang sampah sembarangan.
Ny. Lingkungan rumah terlihat bersih, halaman tidak dimanfaatkan secara maksimal hanya ada beberapa tanaman saja.
4. Riwayat kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Situasi Ny.S saat ini tidak membaik. Klien mengeluhkan penyakitnya, kata klien menderita diabetes, ada luka di jempol kaki kanan sekitar 2 cm berwarna merah dan belum sembuh sejak 3 bulan lalu.
Lukanya telah dirawat, tetapi belum sembuh sampai sekarang. Ibu S merasa banyak minum tetapi juga banyak buang air kecil walaupun pada dasarnya Bu S sering minum banyak. Klien terlihat lemah, sering mengantuk, berat badan menurun dari 75 kg menjadi 60 kg, mukosa mulut dan bibir klien kering, penglihatan kabur dan klien khawatir tentang kondisinya saat ini.
Keluarga mengatakan bahwa Ny. S dibawa untuk dirawat di puskesmas tetapi penyakitnya tidak dapat disembuhkan karena jarang dikendalikan ke puskesmas.
b. Riwayat medis masa lalu
Pak Z mengatakan tidak ada penyakit di masa lalu dan tidak ada alergi terhadap makanan, obat-obatan, dan tidak pernah ada anggota keluarga yang mengalami kecelakaan. Ny. S mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit.
Ny. S hanya minum obat diwarung-nya dan jika tidak sembuh juga Ny. S mencoba membawa pengobatan ke klinik atau puskesmas. Keluarga itu juga mengatakan bahwa mereka tidak pernah dirawat di rumah sakit.
3.1.1. Pengumpulan data
1. Identitas
Ibu 60 tahun, berjenis kelamin perempuan, menikah, Muslim, berkebangsaan Jawa dan Indonesia.
2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
Pak Z mengatakan bahwa karena diabetes ia tidak lagi bekerja, hanya Pak Z yang menjaga warung di samping rumahnya, pekerjaan sebelumnya adalah sebagai nelayan dan menjual hasil tangkapannya ke pasar.
Ny. S. bekerja sebagai petani dan membantu suaminya bertani di ladang. Penghasilan Ny.S tidak pasti dalam satu bulan, yaitu ± 350.000 / bulan. Dan anak satu-satunya kadang-kadang ingin memberikan uang ekstra kepada orang tuanya.
3. Lingkungan tempat kebersihan dan kerapian hidup
Rumah Tn.Z adalah rumah milik pribadi dengan ukuran sekitar 100 m2. Termasuk rumah permanen, dinding beton. Memiliki 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang makan, 1 dapur, 1 kamar mandi dan WC. Ketika ventilasi rumah dinilai, itu cukup 10% dari total bangunan dan lingkungan tampaknya kurang bersih, banyak rawa berventilasi dan jendela.
Baca Juga: Askep Lansia dengan Hipertensi Nanda Nic NocPencahayaan di kamar di rumah Tn.Z tidak cukup terang di siang hari karena jendela rumah jarang dibuka sehingga sirkulasi di dalam ruangan tidak nyaman, keadaan kamar tidur kurang rapi, dapur terlihat berantakan karena peralatan dapur tidak tertata dengan rapi, kamar mandi terlihat kotor dan berlumut.
Keluarga mendapat air minum dari sumur pompa di rumah mereka. Kualitas airnya jernih dan tidak berbau. Keluarga selalu mendidihkan air sumur sampai mendidih. Pasokan air mencukupi untuk kebutuhan keluarga, jika pompa rusak keluarga mencoba membeli air minum.
Keluarga memiliki jamban mereka sendiri, pembuangan tinja melalui septic tank. Kebiasaan keluarga Mr. Z untuk memelihara jamban tidak dimanfaatkan dengan baik sehingga toilet menjadi tumpukan sampah, tidak dirawat dengan baik dan bau.
Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah dan biasanya keluarga membakar sampah di belakang rumah. Pengolahan air limbah keluarga yang buruk, dibuang ke selokan dan tersumbat karena membuang sampah sembarangan.
Ny. Lingkungan rumah terlihat bersih, halaman tidak dimanfaatkan secara maksimal hanya ada beberapa tanaman saja.
4. Riwayat kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Situasi Ny.S saat ini tidak membaik. Klien mengeluhkan penyakitnya, kata klien menderita diabetes, ada luka di jempol kaki kanan sekitar 2 cm berwarna merah dan belum sembuh sejak 3 bulan lalu.
Lukanya telah dirawat, tetapi belum sembuh sampai sekarang. Ibu S merasa banyak minum tetapi juga banyak buang air kecil walaupun pada dasarnya Bu S sering minum banyak. Klien terlihat lemah, sering mengantuk, berat badan menurun dari 75 kg menjadi 60 kg, mukosa mulut dan bibir klien kering, penglihatan kabur dan klien khawatir tentang kondisinya saat ini.
Keluarga mengatakan bahwa Ny. S dibawa untuk dirawat di puskesmas tetapi penyakitnya tidak dapat disembuhkan karena jarang dikendalikan ke puskesmas.
b. Riwayat medis masa lalu
Pak Z mengatakan tidak ada penyakit di masa lalu dan tidak ada alergi terhadap makanan, obat-obatan, dan tidak pernah ada anggota keluarga yang mengalami kecelakaan. Ny. S mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit.
Ny. S hanya minum obat diwarung-nya dan jika tidak sembuh juga Ny. S mencoba membawa pengobatan ke klinik atau puskesmas. Keluarga itu juga mengatakan bahwa mereka tidak pernah dirawat di rumah sakit.
5. Pola fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Keluarga mengatakan bahwa mereka selalu menjaga kesehatan mereka dengan makan secara teratur. Klien tidak memiliki riwayat merokok atau minum. Jika anggota keluarga sakit, keluarga mengambil obat di diwarungi atau obat yang telah diresepkan oleh dokter.
b. Nutrisi metabolik
Kebiasaan keluarga untuk makan dan minum setiap anggota keluarga tidak sama. Ny.S memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur, kadang-kadang 2x atau bisa lebih, suka makan makanan manis dan terkadang tidak harus berapa kali sehari tetapi untuk minum, klien lebih suka minum teh kental dan manis.
Klien mengatakan bahwa setelah belajar menderita diabetes, klien mengurangi makan makanan manis. Klien mengatakan setiap makan hanya mengkonsumsi ½ porsi karena takut meningkatkan gula darah.
Sedangkan Pak Z dan anak-anaknya makan seadanya 3 kali sehari, kebiasaan minumnya tergantung aktivitas, ketika aktivitas minumnya berat bisa lebih dari 2 liter per hari, padahal aktivitas yang biasa hanya minum 4-5 gelas air dan teh air.
c. Eliminasi
Ibu S biasa BAB 1x / hari, BAK tergantung jumlah air yang diminum Pak Z jika minum banyak BAK bisa lebih dari 3x. Ny. Minum banyak sehingga sering buang air kecil kadang sampai 10 kali sedangkan untuk buang air besar biasanya 1 kali sehari.
d. Pola aktivitas latihan rutin
Keluarga mengatakan bahwa mereka mandi dua kali sehari, menyikat gigi dua kali sehari, mencucinya sekali setiap 2 hari, dan mengganti pakaian setelah mandi.
Kegiatan yang biasanya dilakukan oleh Ibu dan Bapak Z adalah berjalan-jalan di sekitar rumah sambil mengobrol dengan tetangga di dekat rumah mereka. Pak Z mengatakan bahwa kakinya kadang kesemutan.
e. Pola istirahat dan tidur
Pak Z jarang tidur siang, karena setiap hari ia pergi ke ladang. Jam sore tidak pasti dan tidur di malam hari dari 22.00 hingga 04.30 WIB atau ketika panggilan untuk subuh setelah itu tidak tidur lagi sementara Ny. S jarang tidur siang atau hampir tidak pernah tidur siang, karena malam biasanya tidur di atas 21.00 hingga 05.00 WIB dan setelah itu jangan tidur lagi.
f. Pola persepsi kognitif
Ny.S mengatakan mata kiri tidak bisa melihat dengan jelas, panggangan kabur terutama di malam hari. Klien mengatakan jika Anda meninggalkan ruangan atau berjalan di sekitar rumah Anda harus memegang dinding terlebih dahulu sebagai penopang. Klien tampak berjalan sambil memegang dinding atau menggunakan tongkat.
g. Persepsi diri terhadap pola konsepsi diri
Ibu S berpikir bahwa ia mampu membiayai kebutuhan hidup. Ny. S masih antusias meskipun dia sudah tua dan suaminya tidak bisa bekerja lagi. Ny.S mengatakan bahwa tetangganya sangat baik pada mereka dan ingin saling membantu satu sama lain.
h. Pola hubungan-peran
Pak Z mengatakan perannya sebagai ayah dan suami dalam keluarga sangat penting dan berharga meskipun istrinya saat ini sedang mengalami diabetes. Dan mrs. S sebagai seorang istri hanya dapat membantu menjaga warung tetap di rumah dan mendapatkan penghasilan yang cukup.
Sementara An yang bertindak sebagai seorang anak dan bekerja mengajar anak-anak sekolah menengah pertama dan ingin membantu kedua orang tua untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
i. Seks
Ny.S memiliki 1 anak yang sudah dewasa dan belum menikah. Ny. Tidak pernah melakukan hubungan seksual lagi karena menderita diabetes.
j. Mengatasi toleransi stres
Pak Z mengatakan bahwa jika ada kesulitan dalam keluarga, ia masih dapat mengatasinya dengan musyawarah dengan anggota keluarga di rumah.
k. Nilai keyakinan
Mrs. S menganut Islam dan percaya pada agamanya. Ibu S mengatakan selalu berdoa kepada Tuhan jika keluarga memiliki masalah.
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Keluarga mengatakan bahwa mereka selalu menjaga kesehatan mereka dengan makan secara teratur. Klien tidak memiliki riwayat merokok atau minum. Jika anggota keluarga sakit, keluarga mengambil obat di diwarungi atau obat yang telah diresepkan oleh dokter.
b. Nutrisi metabolik
Kebiasaan keluarga untuk makan dan minum setiap anggota keluarga tidak sama. Ny.S memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur, kadang-kadang 2x atau bisa lebih, suka makan makanan manis dan terkadang tidak harus berapa kali sehari tetapi untuk minum, klien lebih suka minum teh kental dan manis.
Klien mengatakan bahwa setelah belajar menderita diabetes, klien mengurangi makan makanan manis. Klien mengatakan setiap makan hanya mengkonsumsi ½ porsi karena takut meningkatkan gula darah.
Sedangkan Pak Z dan anak-anaknya makan seadanya 3 kali sehari, kebiasaan minumnya tergantung aktivitas, ketika aktivitas minumnya berat bisa lebih dari 2 liter per hari, padahal aktivitas yang biasa hanya minum 4-5 gelas air dan teh air.
c. Eliminasi
Ibu S biasa BAB 1x / hari, BAK tergantung jumlah air yang diminum Pak Z jika minum banyak BAK bisa lebih dari 3x. Ny. Minum banyak sehingga sering buang air kecil kadang sampai 10 kali sedangkan untuk buang air besar biasanya 1 kali sehari.
d. Pola aktivitas latihan rutin
Keluarga mengatakan bahwa mereka mandi dua kali sehari, menyikat gigi dua kali sehari, mencucinya sekali setiap 2 hari, dan mengganti pakaian setelah mandi.
Kegiatan yang biasanya dilakukan oleh Ibu dan Bapak Z adalah berjalan-jalan di sekitar rumah sambil mengobrol dengan tetangga di dekat rumah mereka. Pak Z mengatakan bahwa kakinya kadang kesemutan.
e. Pola istirahat dan tidur
Pak Z jarang tidur siang, karena setiap hari ia pergi ke ladang. Jam sore tidak pasti dan tidur di malam hari dari 22.00 hingga 04.30 WIB atau ketika panggilan untuk subuh setelah itu tidak tidur lagi sementara Ny. S jarang tidur siang atau hampir tidak pernah tidur siang, karena malam biasanya tidur di atas 21.00 hingga 05.00 WIB dan setelah itu jangan tidur lagi.
f. Pola persepsi kognitif
Ny.S mengatakan mata kiri tidak bisa melihat dengan jelas, panggangan kabur terutama di malam hari. Klien mengatakan jika Anda meninggalkan ruangan atau berjalan di sekitar rumah Anda harus memegang dinding terlebih dahulu sebagai penopang. Klien tampak berjalan sambil memegang dinding atau menggunakan tongkat.
Baca Juga: Askep Kehamilan Normal Nanda Nic Noc TerbaruKlien sepertinya tidak tahu dan tidak melihat dengan jelas ketika seseorang pulang dan bertanya pada perawat yang datang. Klien mengatakan dia tidak tahu komplikasi diabetes mellitus, penyebab dan perawatan diabetes, terutama pada luka di kaki kanannya.
g. Persepsi diri terhadap pola konsepsi diri
Ibu S berpikir bahwa ia mampu membiayai kebutuhan hidup. Ny. S masih antusias meskipun dia sudah tua dan suaminya tidak bisa bekerja lagi. Ny.S mengatakan bahwa tetangganya sangat baik pada mereka dan ingin saling membantu satu sama lain.
h. Pola hubungan-peran
Pak Z mengatakan perannya sebagai ayah dan suami dalam keluarga sangat penting dan berharga meskipun istrinya saat ini sedang mengalami diabetes. Dan mrs. S sebagai seorang istri hanya dapat membantu menjaga warung tetap di rumah dan mendapatkan penghasilan yang cukup.
Sementara An yang bertindak sebagai seorang anak dan bekerja mengajar anak-anak sekolah menengah pertama dan ingin membantu kedua orang tua untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
i. Seks
Ny.S memiliki 1 anak yang sudah dewasa dan belum menikah. Ny. Tidak pernah melakukan hubungan seksual lagi karena menderita diabetes.
j. Mengatasi toleransi stres
Pak Z mengatakan bahwa jika ada kesulitan dalam keluarga, ia masih dapat mengatasinya dengan musyawarah dengan anggota keluarga di rumah.
k. Nilai keyakinan
Mrs. S menganut Islam dan percaya pada agamanya. Ibu S mengatakan selalu berdoa kepada Tuhan jika keluarga memiliki masalah.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : compos mentis
b. TTV :
- TD : 130/80 mmhg
- T/P : 36,2o C/82 x/i
- RR : 20 x/i
c. BB/TB : 60 kg/155 cm
d. Kepala :
- Rambut : pendek, lurus dan hitam dan mulai memutih
- Mata : konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik
- Telinga : bersih, tidak ada serumen
- Mulut : kotor dan terdapat karang gigi
- Gigi : tidak lengkap, sudah ada yang berlubang dan ompong
- Bibir : tampak lembab
- Dada : simetris dan tidak ada pembengkakan
- Abdomen : simetris, tidak terdapat nyeri tekan
- Kulit : berwarna sawo matang, dan tidak pucat
- Ekstremitas : simetris, dan kekuatan otot baik.
3.1.2. Analisa data
No.
|
Sign sympton
|
Etiologi
|
Problem
|
1.
|
Ds :
Klien mengatakan ada luka pada ibu
jari kaki sebelah kanan yang tidak sembuh sejak 3 bulan yang lalu. Luka sudah
diobati, namun sampai sekarang luka tersebut tidak sembuh-sembuh.
Klien mengatakan setelah mengetahui
menderita diabetes, klien mengurangi makan-makanan yang manis.
Klien mengatakan setiap makan hanya
menghabiskan ½ porsi karena takut gula darah semakin naik.
Do :
Ditemukan adanya luka pada ibu jari
kaki sebelah kanan berwarna merah sekitar 2 cm.
Klien tampak lemas dan sering
ngantuk.
Berat badan klien menurun dari 75 kg
menjadi 60 kg.
Mukosa mulut dan bibir klien kering.
|
Gangguan metabolisme
|
Kerusakan integritas kulit
|
2.
|
Ds :
Klien mengatakan mata sebelah kiri tidak
bisa melihat dengan jelas, pandangan kabur terutama menjelang malam hari.
Klien mengatakan apabila keluar
ruangan atau jalan-jalan di sekitar rumah harus memegang dinding terlebih
dahulu sebagai sokongan.
Do :
Klien tampak tidak tahu dan tidak
melihat dengan jelas pada saat seseorang datang kerumah dan menanyakan kepada
perawat siapa yang datang.
Klien tampak berjalan sambil
memegang dinding atau pakai tongkat.
Penerangan dalam ruangan dirumah Tn.
Z kurang terang pada siang hari dikarenakan jendela rumah jarang dibuka.
|
Penurunan ketajaman penglihatan
|
Resiko terjadi cedera
|
3.
|
Ds :
Klien mengatakan mata sebelah kiri
tidak bisa melihat dengan jelas, pandangan kabur terutama menjelang malam
hari.
Klien mengatakan tidak tahu
komplikasi dari diabetes mellitus, penyebab dan perawatan diabetes terutama
pada luka yang ada dijari kaki sebelah kanannya.
Do :
Terdapat luka pada ibu jari kaki
sebelah kanan berwarna merah sekitar 2 cm dan tidak sembuh sejak 3 bulan yang
lalu. Luka sudah diobati, namun belum
bisa sembuh sampai sekarang.
Klien tampak cemas dengan
kondisinya.
|
Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
|
Kurang pengetahuan mengenai penyakit
diabetes mellitus
|
3.2. Diagnosa keperawatan
No.
|
Diagnosa keperawatan
|
Tanggal
|
Paraf
|
|
Ditemukan
|
Teratasi
|
|||
1.
|
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan gangguan metabolik yang ditandai dengan klien mengatakan
ada luka pada ibu jari kaki sebelah kanan yang tidak sembuh sejak 3 bulan
yang lalu. Luka sudah diobati, namun sampai sekarang luka tersebut tidak
sembuh-sembuh. Klien mengatakan setelah mengetahui menderita diabetes, klien
mengurangi makan-makanan yang manis. Klien mengatakan setiap makan hanya
menghabiskan ½ porsi karena takut gula darah semakin naik. Ditemukan adanya
luka pada ibu jari kaki sebelah kanan berwarna merah sekitar 2 cm, klien
tampak lemas dan sering ngantuk, berat badan klien menurun dari 75 kg menjadi
60 kg, mukosa mulut dan bibir klien kering.
|
7 Desember 2015
|
|
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
|
2.
|
Resiko terjadi cedera berhubungan
dengan penurunan ketajaman penglihatan yang ditandai dengan klien mengatakan
mata sebelah kiri tidak bisa melihat dengan jelas, pandangan kabur terutama
menjelang malam hari. Klien mengatakan apabila keluar ruangan atau jalan-jalan
di sekitar rumah harus memegang dinding terlebih dahulu sebagai sokongan.
Klien tampak tidak tahu dan tidak melihat dengan jelas pada saat seseorang
datang kerumah dan menanyakan kepada perawat siapa yang datang. Klien tampak
berjalan sambil memegang dinding atau pakai tongkat. Penerangan dalam ruangan
dirumah Tn.Z kurang terang pada siang hari dikarenakan jendela rumah jarang
dibuka.
|
7 Desember 2015
|
|
|
3.
|
Kurang pengetahuan mengenai penyakit
diabetes mellitus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit yang ditandai dengan klien mengatakan mata sebelah kiri
tidak bisa melihat dengan jelas, pandangan kabur terutama menjelang malam
hari. Klien mengatakan tidak tahu komplikasi dari diabetes mellitus, penyebab
dan perawatan diabetes terutama pada luka yang ada dijari kaki sebelah
kanannya. Terdapat luka pada ibu jari kaki sebelah kanan berwarna merah
sekitar 2 cm dan tidak sembuh sejak 3 bulan yang lalu. Luka sudah diobati, namun belum bisa sembuh
sampai sekarang. Klien tampak cemas dengan kondisinya.
|
7 Desember 2015
|
|
3.3. Intervensi keperawatan
No.
|
Diagnosa keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
Paraf
|
1.
|
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan gangguan metabolik.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x30 menit klien mampu mempertahankan keutuhan kulit dan mengatur
pola makan secara adekuat dengan kriteria:
Mukosa mulut dan bibir tidak kering.
Berat badan dalam batas normal.
|
Kaji pengetahuan klien mengenai
adanya faktor resiko yang dapat menyebabkan kerusakan kulit.
Pantau warna, suhu, dan kelembapan
kulit pada klien.
Identifikasi makanan yang disenangi
oleh klien.
Libatkan keluarga dalam perencanaan
makan sesuai indikasi.
Kolaborasi melakukan pemeriksaan
gula darah.
|
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
|
2.
|
Resiko terjadi cedera berhubungan
dengan penurunan ketajaman penglihatan.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x30 menit, cedera tidak terjadi pada klien dengan
kriteria:
Klien terbebas dari cedera
Klien mampu menjelaskan cara untuk
mencegah cedera
Klien mampu menjelaskan manfaat
senam mata
Klien mampu mendemonstrasikan senam
mata
|
Ajarkan kepada keluarga untuk
menyediakan lingkungan yang aman untuk pasien.
Identifikasi kebutuhan keamanan
pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu
pasien.
Ajarkan kepada keluarga dan klien
untuk menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan
berbahaya, kebersihan lantai rumah dan kamar mandi).
Ajarkan kepada keluarga untuk
memberikan penerangan yang cukup di dalam rumah.
Jelaskan manfaat senam mata.
Ajarkan gerakan senam mata
|
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
|
3.
|
Kurang pengetahuan mengenai penyakit
diabetes mellitus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x30 menit keluarga dapat mengenal masalah kesehatan dengan
kriteria:
Klien dapat menyebutkan penyebab
diabetes mellitus.
Klien dapat menyebutkan tanda dan
gejala diabetes mellitus.
Klien dapat menyebutkan komplikasi
diabetes mellitus.
Keluarga dapat merawat anggota
keluarga yang sakit diabetes mellitus.
|
Jelaskan pada klien penyebab
diabetes mellitus.
Jelaskan pada klien tanda dan gejala
diabetes mellitus
Jelaskan pada klien komplikasi diabetes
mellitus yang dapat terjadi.
Jelaskan pada keluarga cara
perawatan pada diabetes mellitus.
|
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
|
3.4. Implementasi dan evaluasi keperawatan
Tanggal
|
Diagnosa keperawatan
|
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Paraf
|
7 Des 2015
|
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan gangguan metabolik.
|
|
Mengucapkan salam kepada pasien dan
keluarga.
Salam dijawab oleh pasien dan
keluarga.
Menjelaskan tujuan yang akan
disampaikan pada klien.
Mengkaji pengetahuan klien tentang
keadaan kulit yang tampak pada klien (lanjut usia).
Mendiskusikan pada klien cara untuk
mencegah kulit yang pecah-pecah atau ada luka, (klien mengatakan tidak mampu
melakukannya karena tidaknya).
Memberi kesempatan pada klien untuk
bertanya apabila ada materi yang belum jelas (klien mengatakan sudah lupa
tentang cara mencegah kulit pecah-pecah atau mengobati luka yang sudah ada).
Menjelaskan kembali kepada klien
klien cara untuk mencegah kulit yang
sudah kering.
Memberi kesempatan klien untuk
bertanya.
Menanyakan kembali kepada klien
tentang pengobatan luka pada kulit-kulitnya (klien menjawab dengan baik
tetapi tidak sempurna).
Memberi pujian atas kemampuan klien
mendengar ,dan menjawab sebagian pertanyaan dari perawat.
Kontrak waktu kembali dengan
klien.
|
S : - Klien
mengatakan sudah mengetahui keadaan kulitnya.
O : - Klien
tampak merasa gatal dan sakit pada kulitnya
- Klien tidak menjawab semua
pertanyaan dengan sempurna.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan rencana tindakan.
|
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
|
9 Des 2015
|
|
Menyampaikan salam, pasien menjawab.
Membicarakan dengan keluarga tentang
ruangan dan lingkungan yang aman terhadap resiko cedera berhubungan dengan
keadaan pasien.
Memotivasi keluarga untuk menuntun
pasien dorongan dan lingkungan.
Membicarakan penatalaksanaan
kenyamanan rumah baik dari segi fasilitas dan kondisi ruangan.
Mengidentifikasi tingkat ketajaman
penglihatan pasien dengan uji lapangan pandang.
Merapikan ruangan dan membantu
keluarga untuk penataan ruangan yang aman dari kondisi pasien.
Memotivasi pasien untuk makan siang.
Makanan habis 1 porsi.
Menganjurkan pasien untuk istirahat
siang. Pasien dapat tidur dengan nyenyak.
Menganjurkan pasien dan keluarga
untuk perawatan diri.
|
S : - Klien
mengatakan mengerti sedikit tentang penyakit yang dialaminya.
O : - Klien
hati-hati dan defektif terhadap lingkungan dan ruangan.
A : - Masalah
belum teratasi.
P : - Lanjutkan
rencana tindakan
|
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
|
|
11 Des 2015
|
|
Salam pembuka, mengingatkan dengan
kontrak yang disepakati.
Menjelaskan tujuan pertemuan
dilakukan.
Mengakaji pengetahuan klien tentang
kejadian-kejadian dimasa lampau.
Membantu mengembalikan daya ingat
klien dengan menunjukan gambar-gambar atau album foto yang ada pada keluarga.
Memberi kesempatan pada klien untuk
menanyakan atau tehnik yang belum jelas (klien mengatakan lebih ingat dengan
kejadian dulu daripada yang sekarang, klien mudah lupa).
Menjelaskan pada klien bahwa
kejadian atau hal yang dialami pada klien itu karena pengaruh dari usia yang
semakin bertambah tua, dimana organ
tubuh sudah mulai menurun fungsinya misalnya otak, (klien mendengar dengan
antusias).
Menganjurkan klien agar tetap
melatih daya ingat.
Memberi motivasi kepada keluarga dan
klien.
Mengevaluasi tingkat pengetahuan
keluarga dan klien tentang apa yang
yang sudah diberikan.
|
S : - Klien
mengatakan udah lupa ,lebih mudah mengingat yang dulu dari pada penjelasan
yang disampaikan .
O : - Klien
menceritakan kejadian yang dulu kepada perawat.
A : - Masalah
teratasi.
P : - Lanjutkan
rencana keperawatan
|
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
|
|
7 Des 2015
|
Resiko terjadi cedera berhubungan
dengan penurunan ketajaman penglihatan.
|
|
Mengucapkan salam kepada pasien dan
keluarga.
Salam dijawab oleh pasien dan
keluarga.
Menjelaskan tujuan yang akan
disampaikan pada klien.
Memberi kesempatan pada klien untuk
bertanya apabila ada materi yang belum jelas (klien mengatakan sudah lupa
tentang cara mencegah kulit pecah-pecah atau mengobati luka yang sudah ada).
Menjelaskan kembali kepada klien
klien cara untuk mencegah kulit yang
sudah kering.
Memberi kesempatan klien untuk
bertanya.
Memberi pujian atas kemampuan klien
mendengar ,dan menjawab sebagian pertanyaan dari perawat.
Kontrak waktu kembali dengan
klien.
|
S : Klien mengatakn tidak ingat
tentang materi yang dijelskan.
O : Klien tampak duduk santai
disamping istri
A
: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan tindakan keperawatan
|
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
|
9 Des 2015
|
|
Menyampaikan salam.
Pasien menjawab salam.
Membicarakan dengan keluarga tentang
ruangan dan lingkungan yang aman terhadap resiko cedera berhubungan dengan
keadaan pasien.
Menganjurkan pasien untuk istirahat
siang.
Pasien dapat tidur dengan nyenyak.
Menganjurkan pasien dan keluarga
untuk perawatan diri.
|
S : - Klien
mengatakan mengerti sedikit tentang masalah lantai yang kotor dan licin.
O : - Klien
tampak berjalan dengan hati –hati karena lantai rumah yang licin.
A : Masalah belum teratasi .
P : Pertahankan rencana tindakan.
|
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
|
|
11 Des 2015
|
|
Salam pembuka, mengingatkan dengan
kontrak yang disepakati.
Menjelaskan tujuan pertemuan
dilakukan.
Mengkaji pengetahuan klien tentang
kejadian-kejadian dimasa lampau .
Memberi kesempatan pada klien untuk
menanyakan atau tehknik yang belum jelas (klien mengatakan lebih ingat dengan
kejadian dulu daripada yang sekarang,klien mudah lupa)
Memberi motivasi kepada keluarga dan
klien.
Mengevaluasi tingkat pengetahuan
keluarga dan klien tentang apa yang
yang sudah diberikan.
|
S : - Klien
dapat menjawab sedikit pertanyaan yang diberi.
O : - Klien
tampak serius mendengar penjelasan perawat.
A : Masalah teratasi.
P : Lanjutkan rencana keperawatan.
|
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
|
|
7 Des 2015
|
Kurang pengetahuan mengenai penyakit
diabetes mellitus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit.
|
|
Mengucapkan salam dan menjelaskan
kegiatan hari ini akan melakukan penyuluhan tentang diabetes mellitus.
Menjelaskan pada keluarga dengan
leaflet pengertian diabetes mellitus.
Menjelaskan pada keluarga dengan
leaflet tanda dan gejala diabetes mellitus.
Menjelaskan pada keluarga dengan
leaflet penyebab diabetes mellitus
Mendemontrasikan diityang tepat
untuk penderita diabetes mellitus
Mendemontrasikan testurine dengan
menggunakan glukotest.
|
S :
Keluarga dan Ny.S hanya dapat menyebutkan tanda dan gejala dari
diabetes mellitus sering BAK, banyak makan dan minum.
O : Keluarga dan Ny.S tampak
memperhatikan saat diberikan penyuluhan dan mendemontrasikan diit untuk
penderita DM.
A : masalah belum teratasi,
klien dan keluarga masih tampak bingung terhadap penjelasan perawat.
P :
Anjurkan kepada Ny.S untuk
beristirahat yang cukup.
Anjurkan kepada keluarga dalam
memberikan makanan sesuai diit untuk penderita diabetes mellitus.
|
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
|
BAB 4
PEMBAHASAN
Setelah itu penulis menerapkan asuhan keperawatan untuk gerontik dengan gangguan diabetes mellitus pada Ny. S di Dusun X Percut, Kecamatan Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, mulai 1 Desember - 11 Desember 2015, penulis menemukan celah antara konsep, teori dan ulasan kasus dari tahap penilaian ke tahap evaluasi, dalam diskusi ini penulis membahas:4.1. Tahap Penilaian
Tahap penilaian aktivitas pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap pasien. Wawancara langsung dengan pasien keluarga mampu dan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan, palpasi, dari hasil penilaian yang dilakukan, penulis menemukan masalah antara teori dengan kasus di atas, yaitu:
- Studi teoritis menemukan DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada usia> 60 tahun, tetapi pada kasus ditemukan usia 64 tahun yang memiliki DM.
- Dalam studi teoritis sejarah masa lalu adalah salah satu pemicu seseorang yang terkena DM, tetapi penulis tidak menemukannya dalam kasus tersebut.
- Dalam studi teoritis sejarah keluarga adalah faktor gen yang menyebabkan munculnya penyakit, di mana salah satunya adalah DM. Tetapi penulis tidak menemukan faktor pemicu seperti itu dalam kasus ini.
Baca Juga: Askep MCI Nanda Nic Noc Terbaru- Dalam penilaian sistem penglihatan teoritis, tes kereta snelen dilakukan untuk menentukan ketajaman mata pada seseorang yang memiliki kelainan, salah satunya adalah orang tua. Namun, penulis tidak melakukan tindakan ini dalam kasus kontak karena kurangnya persiapan lengkap alat ketika praktik pembelajaran lapangan, tetapi penulis hanya melakukan pengamatan untuk menentukan kelainan ketajaman visual dalam kasus.
- Dalam penilaian teoretis ditemukan penilaian terhadap sistem pendengaran, di mana lansia biasanya memperoleh data yang merupakan penurunan dalam proses pendengaran, tetapi pada tahap peninjauan review kasus, penulis tidak menemukan kasus tersebut.
- Dalam proses peninjauan kasus, penulis tidak melakukan penilaian tes gula darah karena penghalang. Tes kadar gula darah harus dilakukan pada tahap ini karena bertujuan untuk menentukan kadar gula darah yang tinggi dan rendah pada klien dengan gangguan DM.
Sedangkan dalam tinjauan teoritik ditemukan bahwa ada tes untuk kadar gula darah dalam menentukan masalah.
4.2. Tahap Diagnosa Keperawatan
Secara teori, penulis menegakkan diagnosa yang diambil dari beberapa sumber, ada 15 diagnosa, tetapi tidak semua diagnosa dalam teori ada dalam kasus dan penulis hanya mengambil 3 diagnosa dari 15 diagnosa yang ditetapkan, karena diagnosa dalam kasus disesuaikan dengan data yang ditemukan penulis pada kasus ini. Kesenjangan yang ditemukan oleh penulis, yaitu:
- Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan insomnia untuk waktu yang lama, bangun lebih awal atau bangun terlambat dan menurunnya kemampuan berfungsi ditandai dengan perubahan pola tidur dan kecemasan yang menua.
- Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskuler yang ditandai dengan waktu yang dibutuhkan untuk pergi ke toilet setelah waktu yang lama untuk menahan kandung kemih dan tidak dapat mengontrol pengosongan.
- Proses pemikiran yang rusak terkait dengan kerusakan atau kerusakan pada memori sekunder.
- Terkait secara seksual dengan perubahan struktur / fungsi tubuh yang ditandai oleh perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
- Kelemahan dalam mobilitas fisik yang terkait dengan kerusakan muskuloskeletal dan neuromular.
- Kelelahan dikaitkan dengan kondisi fisik yang kurang.
- Coping yang tidak efektif berkaitan dengan kepercayaan yang tidak memadai dalam kemampuan coping, dukungan sosial yang tidak memadai yang terbentuk dari karakteristik atau hubungan.
- Isolasi sosial terkait dengan perubahan penampilan fisik, perubahan kesejahteraan, perubahan status mental.
- Gangguan harga diri terkait dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh, dan fungsi seksual.
- Kecemasan terkait dengan perubahan status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
- Risiko kesendirian.
- Tekanan spiritual terkait dengan perubahan hidup, kematian atau kematian diri sendiri atau orang lain, kecemasan, isolasi, kesendirian atau isolasi sosial, kurang sosiokultural
4.3. Tahap Intervensi
Pada tahap intervensi tidak semua intervensi yang ada pada teori penulis terapkan pada intervensi kasus, karena penulis hanya menemukan 3 diagnosa dari diagnose yang sudah ditegakkan.
Sehingga penulis hanya dapat mengangkat 3 intervensi dari 3 diagnosa yang ditemukan pada kasus yaitu:
- Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Gangguan system metabolisme (neuropati perifer)
1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,turgor,vaskuler,perhatikan kemerahan.
2. Pertahankan alas kering dan bebas lipatan
3. Beri perawatan kulit seperti penggunaan lotion
4. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic
5. Motivasi klien untuk menjaga pola makan
- Resiko terjadi cidera berhubungan dengan penurunan penglihatan.
1. Hindarkan lantai yang licin
2. Gunakan bed yang rendah
3. Bantu klien dalam memilih aktivitas sehari-hari
4. Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
- Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan Kurang informasi
1. Jelaskan pada klien penyebab diabetes mellitus.
2. Jelaskan pada klien tanda dan gejala diabetes mellitus
3. Jelaskan pada klien komplikasi diabetes mellitus yang dapat terjadi
4. Jelaskan pada klien cara perawatan pada diabetes mellitus.
4.4. Tahap Implementasi
Pada tahap implementasi penulis melaksanakan tindakan keperawatan gerontik sesuai dengan rencana yang disusun menurut diagnose yang telah didapat pada kasus dan disesuaikan dengan intervensi yang sudah direncanakan.
Adapun kendala yang dialami penulis saat melakukan implementasi ke rumah klien, yaitu klien sering tidak berada dirumah melainkan klien sering pergi ke rumah tetangga-tetangganya dan rumah klien yang begitu cukup jauh.
4.5. Evaluasi
Pada kasus, tahap evaluasi merupakan keberhasilan dan pelaksanaan rencana keperawatan gerontik dalam memenuhi keperawatan yang diberikan pada klien. Pada kasus, semua rencana keperawatan yang direncanakan telah berhasil dan dapat dilakukan dengan baik serta masalah pada klien dapat teratasi dengan baik.
Dimana klien sudah mampu mengerti tentang penyakitnya, resiko terjadinya cidera, serta sudah dapat melakukan pencegahan pada kulit maupun luka yang ada pada kaki klien.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan Setelah dilakukan tahap-tahap pembuatan asuhan keperawatan pada lansia, penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian terhadap gerontik khususnya pada Ny.S dengan gangguan diabetes melitus.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny.S dengan gangguan diabetes melitus.
c. Menyusun rencana keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny. S dengan gangguan diabetes melitus.
d. Mengimplementasikan rencana keperawatan yang sudah disusun pada gerontik khususnya pada Ny.S dengan gangguan diabetes melitus.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny. S dengan gangguan diabetes melitus.
5.2. Saran
1. Semoga dengan dibuatnya asuhan keperawatan ini, mahasiswa dapat mempergunakannya dalam menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada gerontik.
2. Bagi mahasiswa diharapkan untuk memperdalam pengetahuan dalam menerapkan asuhan keperawatan gerontik secara efektif dan efisien baik teoritis maupun di dalam kasus.
3. Bagi Ny.S selaku sebagai klien agar dapat mengontrol penyakitnya seperti mengurangi makanan yang banyak mengandung gula serta tidak melakukan aktivitas yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dinkes Kota Semarang. 2010. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinkes Kota Semarang.
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta.
NANDA, 2005/2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa, Prima Medika, NANDA.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC.
Tandra. (2007). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
WHO., 2008. Integrated Chronic Disease Prevention and Control. www.who.int.
0 Response to "Askep Lansia dengan Diabetes Melitus Nanda Nic Noc"
Post a Comment